Komunitas Pokemon Go Kudus berburu monster di KEM Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Satu di antara anggota Komunitas Pokemon Go Kudus, Dwi Putranto, menuturkan, game baru yang sebenarnya belum dirilis di Indonesia itu butuh gerak tubuh untuk berjalan. Permainan Pokemon Go yang menggunakan layanan berbasis lokasi atau global positioning system (GPS) tersebut yang terkoneksi dengan kamera ponsel. Hal itu membawa pemain seolah-olah bisa menangkap Pokemon yang muncul di dunia nyata.
“Permainan ini butuh tenaga fisik. Kami harus berjalan untuk mendapatkan Pokemon liar. Malam ini bersama komunitas (Pokemon Go Kudus) berkumpul untuk berburu,” tuturnya kepada Seputarkudus.com di kawasan Tugu Identitas Kudus.
Dia menuturkan, bermain Pokemon Go diusahakan mencari tempat yang aman. Selain itu, yang lebih penting menurutnya, harus ada rekan yang menemani. “Kalau bermain jangan sendirian, carilah teman untuk menemani. Untuk berjaga-jaga,” tambahnya.
Dwi yang juga admin group Facebook bernama Pokemon Go Kudus dengan nama akun Facebook Sherlo Net menuturkan, dibuatkannya komunitas Pokemon Go Kudus untuk mewadahi para pecinta game Pokemon Go. Selain itu dengan adanya komunitas, para pecinta Pokemon Go dapat saling tukar informasi mengenai game yang sebenarnya belum resmi dirilis di Indonesia ini. “Dengan bermain Pokemon Go kami dapat berolahraga, menambah teman dan juga berjalan-jalan,” ungkapnya.
Dia menyarankan, selain bermain benar-benar ditempat yang aman, harus juga bisa mengatur waktu. “Waktu jangan terlalu banyak untuk main game. Harus bisa mengatur waktu dan mengerti kondisi,” tutunya.
Game Pokemon Go Seperti Demam Akik, Hanya Fenomena Sesaat
Menyikapi fenomena permainan Pokemon Go, Psikolog Universitas Muria Kudus (UMK) mochamad Widjarnarko menuturkan, permainan itu mempunyai pengaruh global yang bersifat temporari. Menurutnya, fenomenda itu harus disikapi dengan bijaksana, yakni pemain bisa mengatur waktu, tahu situasi dan kondisi.Menurutnya, permainan Pokemon Go juga ada sisi positifnya, yakni bisa beriteraksi dengan orang lain di luar rumah. “Kemajuan teknologi sifatnya membawa ke hal positif dan negatif. Sisi positifnya (permainan Pokemon Go) bisa bereksploitasi di luar rumah,” terangnya.
Widjarnarko menambahkan, permainan Pokemon Go anggap saja seperti demam akik. Kali ini peran media sangat besar untuk menciptakan kondisi positif dan negatif pengaruh Pokemon Go di masyarakat.