SEPUTARKUDUS.COM, MEJOBO – Bangunan masjid ini berlantai dua dengan
halaman yang cukup luas. Di depan masjid berdiri gerbang berbahan semen dengan
tinggi sekitar lima meter. Di sebelah utara masjid, berdiri bangun
bertingkat bertuliskan MI NU Miftahut Tholibin. Di barat masjid, ratusan batu
nisan terlihat berjajar seperti pemakaman umum. Masjid ini bernama Masjid Besar Al-Ma’wa yang terletak
di Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
Menurut H Abdul Aziz (56) pengurus Masjid Al-Ma’wa, dulu masjid tersebut terkenal angker. Menurutnya, di sekitar masjid terasa sunyi. Depan masjid ditumbuhi pohon-pohon kelapa yang cukup lebat. Selain itu lokasi masjid dekat dengan pemakaman. “Pernah dulu ada yang main bola di depan masjid, ketika dia jatuh kakinya patah. Ini orangnya masih hidup. Rumahnya dekat masjid,” tuturnya kepada Seputarkudus.com belum lama ini.
Abdul Aziz menceritakan, Masjid Al-Ma’wa pertama kali didirikan oleh Eyang Suryo Kusumo pada tahun 1686. Menurutnya, masjid tersebut sudah mengalami pemugaran tiga kali. Pemugaran pertama tahun 1939 dan tahun kedua 1983. “Renovasi terakhir tahun 1996,” tambahnya.
Menurut H Abdul Aziz (56) pengurus Masjid Al-Ma’wa, dulu masjid tersebut terkenal angker. Menurutnya, di sekitar masjid terasa sunyi. Depan masjid ditumbuhi pohon-pohon kelapa yang cukup lebat. Selain itu lokasi masjid dekat dengan pemakaman. “Pernah dulu ada yang main bola di depan masjid, ketika dia jatuh kakinya patah. Ini orangnya masih hidup. Rumahnya dekat masjid,” tuturnya kepada Seputarkudus.com belum lama ini.
Abdul Aziz menceritakan, Masjid Al-Ma’wa pertama kali didirikan oleh Eyang Suryo Kusumo pada tahun 1686. Menurutnya, masjid tersebut sudah mengalami pemugaran tiga kali. Pemugaran pertama tahun 1939 dan tahun kedua 1983. “Renovasi terakhir tahun 1996,” tambahnya.
Dia melanjutkan, pada masa renovasi masjid, orang yang
mengerjakan bangunan dalam keadaan suci. “Pekerja yang sedang menggarap masjid
harus wudlu dulu. Ya supaya dalam keadaan suci,” ungkapnya.
Untuk bangunan asli masjid pertama berdiri terletak pada
ruang utama salat. Terdapat empat tiang berbahan kayu dengan sisi bawah yang
sudah dihias dengan keramik. Menurutnya, sisi atas saka terdapat beberapa kayu penyatu
tiang yang sudah dilapisi semen. “Empat tiang dan kayu di atasnya
masih asli. Namun untuk supaya terawat dengan baik, kayu tersebut dilapisi
semen,” jelasnya.
Sumadi (50) warga
sekitar Majid Al-Ma’wa menuturkan, Menurutnya, dulunya Masjid Al-Ma’wa memang terkenal masjid
yang angker, namun sekarang karena bangunannya sudah bagus dan banyak kegiatan
di masjid, mindset masjid angker
sudah hilang. “Sekarang banyak kegiatan-kegiatan di Masjid, seperti tadarus dan
pengajian kitab,” jelasnya.
Dia mengatakan, bentuk Masjid Al-Ma’wa dulu berbentuk
joglo dengan tangga di depannya. Di depan masjid terdapat pohon kelapa yang
cukup lebat. “Bangunan-bangunan yang masih asli yakni empat saka di ruang utama
salat, cungkup, sumur dan prasasti di atas pintu utama yang konon dari keraton
Solo,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Masjid Al-Ma’wa bisa disebut Masjid
Kecamatan Mejobo, karena masjid ini terbilang masjid tertua yang berada di
Kecamatan Mejobo. “Tahun 1996, Masjid Al-Ma’wa masjid cukup megah di Mejobo,”
tuturnya.