SEPUTARKUDUS.COM, KLIWON - Pria bertopi merah terlihat meminum segelas es dawet di Pasar Kliwon, Kudus. Putranya duduk di pangkuan pria tersebut memegangi gelas tersebut dan
mencicipi es dawet milik ayahnya. Pria tersebut bernama Fauzi (30), yang setiap pulang ke
Kudus selalu menyempatkan waktu untuk mengajak istri beserta dua anaknya untuk
membeli es dawet di Moro Seneng.
“Aku sudah 10 tahun merantau ke Batam sebagai
pedagang, dan aku pulang ke Kudus setahun sekali menjelang Lebaran. Dan setiap
pulang ke Kudus aku mengajak istri beserta dua anaku untuk membeli es dawet Kliwon sebagai pengobat kangen,” ujar Fauzi kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Pembeli memadati warung es dawet Moro Seneng tak Jauh dari Pasar Kliwon. Foto: Rabu Sipan |
Menurut warga Desa Ngembal Kulon, Kecamatan
Jati, di Batam memang ada penjual dawet tetapi rasanya tak seenak dawet Kliwon Kudus. Menurutnya dawet Kliwon mempunyai rasa yang khas, kental, kenyal, gurih dan nikmat.
Pria yang rencananya pada Rabu (20/7/2016) kembali ke Batam itu mengatakan, setiap pulang ke Kudus dia selalu membeli
dawet Kliwon di warung Moro Seneng. Karena menurutnya yang mempunyai
rasa yang khas. “Ini saja anaku minta
nambah segelas lagi,” ujarnya.
Warung Moro Seneng yang berada di Gang Jaya, sebelah timur
tak jauh dari Pasar Kliwon, pada hari itu tampak ramai pembeli. Sugiono (41) pemilik warung es dawet Moro Seneng mengatakan, setiap
hari warungnya selalu ramai pembeli. Bahkan pada akhir pekan penjualan bisa meningkat dua kali lipatn.
Dia juga mengungkapkan setiap hari warungnya bisa menjual sekitar 1.200 porsi. Dia menjual es dawet seharga Rp 4 ribu seporsi.
“Itu bukan penjualan di satu warung ya, tetapi dengan warung yang satunya lagi yang berada di Lantai dua Pasar Kliwon. Kalau ditotal penjualan es dawet Kliwon di kedua warungku omzet sekitar Rp 4,8 juta sehari. Omzet tersebut meningkat dua kali lipat pada akhir pekan,” jelasnya
Dia juga mengungkapkan setiap hari warungnya bisa menjual sekitar 1.200 porsi. Dia menjual es dawet seharga Rp 4 ribu seporsi.
“Itu bukan penjualan di satu warung ya, tetapi dengan warung yang satunya lagi yang berada di Lantai dua Pasar Kliwon. Kalau ditotal penjualan es dawet Kliwon di kedua warungku omzet sekitar Rp 4,8 juta sehari. Omzet tersebut meningkat dua kali lipat pada akhir pekan,” jelasnya
Pria yang tercatat sebagai warga Kelurahan Mlati Norowito,
Kecamatan Kota, Kudus mengungkapkan, menjual dawet Kliwon dengan dua pilihan,
dihidangkan menggunaka es atau tanpa es. Begitu juga dengan gulanya, pembeli
bisa memilih dawet menggunakan gula aren atau sirup. Keduanya harganya
tetap sama.
Menurutnya, ke dua warungnya tersebut buka mulai pukul 7.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Tetapi bila dawet yang dia jual habis lebih awal maka warungnya akan ditutup. “Aku kan hanya menjual dawet bila dawet habis ya otomatis warung langsung aku tutup,” kata Sugiono.
Selain menjual
lansung kepada para pembeli, dia juga melayani pesanan dengan fasilitas antar
sampai rumah. Tetapi dengan syarat pesanan dawet minimal 400 porsi bila rumah pemesanan di Kudus, dan minimal
500 porsi untuk pemesan di luar Kudus.
“Selama ini selain di Kudus, aku juga sering mendapatkan pesanan
dari daerah sekitar Kudus. Sejumlah daerah itu di antaranya Pati, Demak, Jepara bahkan pernah sampai
Juwana juga,” ungkapnya.