Latest News

Satu Abad Qudsiyyah, Membingkai Pluralisme dalam Jagong Kalumyan

SEPUTARKUDUS.COM, KERJASAN Palang pintu berbahan besi dibuka satpam yang berjaga di pintu depan. Terlihat mobil putih berbelok dari Jalan Raya Agil Kusumadya masuk menuju parkir. Tempat tersebut yakni Hotel Griptha. Menurut Ihsan, Ketua Panitia Satu Abad Qudsiyyah akan digunakannya untuk menyampaikan pesan damai dari Menara Kudus, pada kegiatan Jagong Kamulyan tanggal 4-5 Agustus 2016 nanti.
Satu Abad Qudsiyyah Kudus
Menurutnya, kegiatan tersebut akan dihadiri peserta dari berbagai etnis, agama dan lapisan masyarakat di Kudus. Kegiatan itu dihelat dengan tujuan menyatukan persepsi dan inisiatif antara masyarakat, pemerintah, ulama dan pengusaha. “Ini demi mbangun Kudus,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com belum lama ini.

Dalam pelaksanaan kegiatan, Jagong Kamulyan akan dilakukan dua hari yakni pada 4-5 Agustus yang terdiri dari dua sesi. Sesi pertama menggali pesan damai Menara Kudus sebagai spirit pembangunan  Kudus yang multi etnis multi religi. Selanjutnya tentang tekad bersama mbangun Kudus dengan Gusjigang. Setiap sesi berdurasi 120 menit yang akan dipandu Dr Abdul Jalil. 

"Kegiatan ini juga merupakan pertemuan dan dialog publik yang melepas atribut agama dan ego etnis yang menjadi sekat dalam kultur masyarakat. Mari membangun Kudus sebagai agenda utama dengan mengembalikan pruralisme yang kian luntur," ajak Ihsan yang juga menjadi Ketua Forum Kumunikasi Umat Beragama (FKUB) Kudus. 

Menurut Ihsan, Kabupaten Kudus yang dibangun berdasar keberagaman yang kaya tradisi dan masyarakat yang heterogen. Dia menjelaskan, Sunan Kudus dalam berdakwah memiliki cara yang bijaksana. Sunan Kudus mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di dalam masyrakat yang mayoritas beragama Hindu dan Buddha. "Bukti tersebut terlihat jelas di bangunan Menara Kudus," tuturnya.

Kudus dibangun Sunan Kudus dengan fiosofi Gusjigang (bagus, ngaji, dagang) yang menjadi spirit kehidupan masyarakatnya. Inilah juga yang menjadikan Kudus yang hanya memiliki luas 425,16 kilometer persegi mendapatkan tempat terhormat di mata publik. "Dalam perjalanan sejarah bangsa, Kudus memiliki peranan besar," terangnya.

Dia menjelaskan, penerapan Gusjigang, kata bagus dan ngaji sudah terbukti pada diri masyarakat Kudus baik fisik maupun nonfisik. Kudus cukup terkenal sebagai kota santri yang menjunjung tinggi akhlaqul karimah. Menurutnya, di Kudus banyak pondok salaf dan kiai kharismatik yang sanad dan karyanya tidak perlu diragukan. Kudus pun penjadi kiblat pendidikan formal di pantura timur Jawa Tengah.

"Filosofi dagang ditopang dengan perusahaan skala nasional dan international. Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya baik," tambah dia yang juga sebagai ketua Ikatan Alumni Qudsiyyah (Ikaq).

Dengan adanya hal tersebut, menurutnya kegiatan Jagong Kamulyan hadir untuk mempertemukan semua pihak yang berhubungan dengan Kudus. Pertemuan tersebut membicarakan pesan damai dari Menara Kudus dan merencenakan pengembangan Kabupaten Kudus di masa depan.