Buku Santri Membaca Zaman. Sumber: Santri Menara |
“Alhamdulillah
alumni-alumni TBS kompak. Dengan waktu singkat cuma sepekan, buku ini bisa
hadir di tengah-tengah acara Silatnas dan harlah Madrasah TBS yang ke-90,”
tuturnya kepada Seputarkudus.com.
Buku yang mempunyai 312 halaman tersebut, menurutnya berisi
kumpulan artikel dari alumni TBS yang membahas percikan
pemikiran kaum pesantren dalam membaca zaman. Dia menjelaskan, artikel-artikel
tersebut ditulis 25 alumni TBS dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda.
“Walaupun waktunya singkat kami tidak pesimistis dalam menyelesaikannya. Alhamdulillah juga langsung bisa dicetak Aswaja Pressindo. Jadi pembuatan dan cetaknya hanya butuh waktu sepekan,” tegasnya.
“Walaupun waktunya singkat kami tidak pesimistis dalam menyelesaikannya. Alhamdulillah juga langsung bisa dicetak Aswaja Pressindo. Jadi pembuatan dan cetaknya hanya butuh waktu sepekan,” tegasnya.
Hamid meyakini buku merupajan barometer keilmuan. Akhirnya, tercetuslah ide membuat buku yang juga senada dengan tema Silatnas Aswaja Pagar Nusantara. “Buku-buku tersebut kumpulan dari 25 artikel yang ditulis oleh alumni TBS dengan editor Nur Said dan Izzul Mutho,” jelasnya.
Pada halaman prolog editor, Nur Said mengaku bersyukur telah diterbitkannya buku yang selama ini diimpi-impikan para alumni TBS. Menurutnya, terwujudnya buku ini tidak lepas dari karunia Allah SWT dan kekompakan alumni-alumni TBS walau sebagian tidak kenal. Karena sama-sama tersatukan untuk meraih mimpi yang sama, akhirnya buku ini bisa terbit.
“Inilah indahnya kebersamaan dan kolaborasi,” tuturnya dalam prolog editor yang diberi judul "Jadikan Membaca dan Menulis Sebagai Nafas Kehidupan Santri Nusantara".
Dalam tulisannya, Nur Said menyebut artikel-artikel yang ditulis merupakan refleksi para santri dalam membaca ayat-ayat-NYA, baik qouliyyah maupun kauniyah. Sehingga melahirkan serpihan ilmu dan ide yang bisa dijadikan alternatif acuan dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesisir utara.
Buku ini sekaligus menegaskan bahwa para santri sudah sepatutnya sebagai menjaga gawang Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja) untuk memagari Nusantara agar tetap berdaulat dengan nuansa Islam Nusantara yang ramah dan toleran,” tulisnya.