SEPUTARKUDUS.COM, JEKULO – Pondok Pesantren ini terletak di Desa Jekulo,
Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Sejumlah empat bangunan pondok berdiri kokoh
yang dihuni ratusan santri laki-laki dan perempuan. Pondok pesantren ini bernama Ponpes Darul Falah, yang didirikan KH Ahmad Basyir.
Dari kalangan santri setempat, keempat bangunan tersebut populer dengan sebutan Darul Falah satu, dua, tiga dan empat. Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Falah KH Ahmad Jazuli Basyir mengungkapkan, bangunan pertama Ponpes Darul Falah yakni Darul Falah satu yang dibangun KH Ahmad Basyir sekitar tahun 1970.
KH Admad Badawi Basyir mengajar santri Ponpes Darul Falah, Jekulo, Kudus. Foto: Dokumen Ponpes Darul Falah |
“Sebagian besar yang mondok di Darul Falah anak dari desa yang pekerjaan orang tuanya petani,” ungkapnya saat ditemui Seputarkudus.com belum lama ini.
Dia menceritakan, pertama kali Pondok Pesantren Darul Falah
berdiri sudah ada sekitar 72 santri yang mendaftar. Saat KH Ahmad Basyir
mendirikan Darul Falah masih ikut mengabdi di Pondok Al-Qaumaniyyah, milik gurunya KH Yasin yang jaraknya cukup dekat. “Jadi abah (KH Ahmad Basyir)
bolak-balik mengajar santrinya di Darul Falah dan di Al-Qaumaniyyah,”
ungkapnya.
Pada perkembangannya, tahun 1972 Darul Falah membangun
bangunan kedua karena santri yang ingin mondok semakin banyak. Selanjutnya bangunan
ketiga sekitar tahun 1990 dan terakhir tahun 2001. “Masa-masa pendirian Darul Falah
satu dan dua, saat itu ada tren
mondok yang luar biasa,” jelasnya.
Sampai sekarang menurut Gus Jazuli, panggilan akrab KH Ahmad
Jazuli Basyir, terdapat sekitar 1.000 orang lebih yang nyantri di Darul Falah. “Pondok
Darul Falah cukup terkenal dengan Dalail Khairatnya,” tuturnya.
Gus Jazuli menjelaskan, selain belajar kitab kuning dan
Al-Quran, santri-santri juga banyak mengikuti Dalail Khairat. Menurutnya,
Dalail Khairat yakni puasa tirakatan tahunan di mana setiap harinya membaca
kitab Dalail Khairat yang berisi kumpulan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. “Rugi
rasanya jika ada santri tidak mengikuti Dalail Khairat. Karena kebanyakan santri
mengikutinya,” ungkapnya.
Perubahan sistem pengajaran yang terdapat di Pondok
Pesantren Darul Falah menurutnya juga banyak dimodifikasi kakaknya, KH Ahmad Badawi Basyir. Sebelum tahun
1990, di Darul Falah hanya mengaji kitab bandongan. “Kitab bandongan
yakni mengaji kitab kuning dan santri memaknai dengan huruf pegon,” tuturnya.
Selanjutnya tahun 1990, KH Ahmad Badawi menambahkan sekolah takhassus (klasikal) yang diatur dengan sistem kelas. Menurutnya, level kelasnya
ada enam. Nanti ada model naik kelas. “Insya Allah setelah lulus kelas enam akan
pintar membaca kitab kuning,” terangnya.
Sekarang Pondok Pesantren Darul Falah dilanjutkan tiga orang
dari delapan anaknya. Yakni KH Ahmad Badawi Basyir, KH Ahmad Jazuli Basyir dan Muhammad
Alamul Yaqin Basyir.