Saat beristirahat, dia sudi berbagi kisah menjalani pekerjaan sebagai penjual produk mebel keliling, kepada Seputarkudus.com, beberapa waktu lalu. Supar menceritakan, dia membawa produk mebel tersebut dari kampungnya, Tambakromo, Pati, menggunakan gerobak yang ditarik dengan sepeda. Dia menawarkan produknya berkeliling, dari kampung ke kampung di Kudus. Sepekan sekali dia pulang membawa hasil dagangannya ke kampung.
"Biasanya sepekan sekali daganganku habis terjual. Hasilnya saya berikan kepada istri, dan sebagian di antaranya untuk modal membeli produk mebel dari perajin di kampungku dan saya jual lagi ke Kudus," ujar Supar.
Setiap hari, katanya, dia berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mengayuh sepeda yang sudah banyak karat tersebut. Tak jarang, sepekan lebih barang dagangannya tak habis terjual. Dia terpaksa menunda kepulangannya ke kampung, hingga produknya terjual habis.
"Di Kudus saya tak punya saudara atau keluarga. Jadi saat malam tiba, saya mencari balai desa terdekat untuk bermalam. Kadang ya di sekolahan kalau tak menemukan balai desa. Di sana saya numpang tidur dan mandi," katanya.
Supar menjelaskan, lemari dan meja dia jual seharga Rp 650 ribu. Sedangkan ranjang dia jual sedikit lebih mahal. Karena ukuran gerobak kecil, dia hanya mampu membawa dua ranjang, satu lemari dan dua meja. Mebel-mebel tersebut dia tumpuk di atas gerobak.
"Selain itu, tenaga saya juga tidak sekuat saat masih muda. Jadi hanya bisa membawa beberapa mebel yang sekiranya kaki saya kuat mengayuh pedal. Kalau membawa barang terlalu banyak, takutnya baru berkeliling sebentar sudah tidak kuat mengayuh sepeda lagi," tutur Supar.
Dia menceritakan, di kampung dia hidup bersama istrinya. Anak-anaknya kini sudah berkeluarga dan mencari penghidupan untuk keluarganya. Dia tak ingin merepotkan anak-anaknya yang sudah memiliki kewajiban mencari nafkah. Untuk melanjutkan hidup bersama istrinya, dia rela memeras keringat mengayuh sepeda, menjual produk mebel.