SEPUTARKUDUS.COM, PURWOSARI – Puluhan kendaraan terlihat berhenti di lampu
merah sebuah perempatan dari arah Jalan Sunan Kudus. Kendaraan-kendaraan itu menumpuk di lanjur
kiri menunggu lampu hijau selama 84 detik. Sementara kendaraan dari arah Jalan
KHR Asnawi dan Jalan HM Subchan ZE memadati lajur kanan Jalan Sunan Kudus yang
tampak padat merayap. Perempatan tersebut dikenal dengan sebutan Perempatan Jember. Meski sangat dikenal, namun nama Jember tak tertera dalam peta geografi Kabupaten Kudus.
Perempatan Jember Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Ketika lampu lalu lintas Jalan Sunan Muria berubah hijau, kendaraan terlihat menumpuk di Jalan Kudus-Jepara, di depan toko Columbia. Di depan toko, angkutan umum berwarna ungu jurusan Kudus-Sub Terminal Jetak tampak sedang menunggu penumpang. Secara bergantian
terdapat tiga sampai empat mobil yang ngetem di lokasi yang bernama Perempatan
Jember tersebut.
Berdasarkan peta geografis Kabupaten Kudus, Jember bukanlah nama
desa atau dukuh yang berada di Kabupaten Kudus. Secara administratif Jember
masuk Kelurahan Purwosari, Kecamatan Kota. Namun masyarakat Kudus sudah
familiar menyebut daerah tersebut dengan nama Jember.
Menurut Ahnad Maliki (67), Warga Purwosari yang rumahnya tak jauh dari Masjid Al-Mujahidin, mengatakan Jember bukanlah nama administrasi melainkan hanya sebutan. Menurutnya, masyarakat menyebut Jember dari perempatan
menuju ke barat hingga Pasar
Jember. “Intinya daerah dari perempatan, ke barat hingga pasar, orang
menyebutnya Jember,” tuturnya kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Ahmad Maliki. Foto: Imam Arwindra |
Maliki yang mengaku tinggal di Jember sejak 1978 menjelaskan,
disebut Jember karena daerah tersebut dulu tanahnya jember. Menurutnya,
tanah jember yakni tanah yang basah seperti rawa. “Tanahnya itu basah atau jemek. Karena daerahnya seperti itu, sekitar
perempatan hingga pasar disebut orang dengan nama Jember,” jelasnya.
Dia menuturkan, penamaan tersebut muncul sudah
sejak zaman dahulu sebelum dia lahir. Karena sudah menjadi kebiasaan, akhirnya tempat
tersebut lebih terkenal dengan Jember. “Pasti banyak orang menganggap Jember
adalah nama perkampungan atau desa, padahal tidak,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam menamai tempat di sekitar perempatan
hingga pasar, nama Jember diikutkan di belakang nama toko maupun tempat fasilitas
umum. Diantaranya Masjid Al-Mujahidin Jember Kudus, Aris Helm Jember, Pasar
Jember, dan lain sebagainya. “Itu mungkin untuk mempermudah orang saja,” tambahnya.