SEPUTARKUDUS.COM, SINGOCANDI - Di dekat lapangan Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kudus,
tampak rumah ramai didatangi orang. Setiap orang yang
meninggalkan rumah itu membawa kantong plastik berisi berbagai
macam camilan. Rumah tersebut milik Muhammad Thoyyib (65), seorang produsen makanan marneng manis pedas. Meski pernah jatuh akibat kiosnya di Pasar Kliwon terbakar, namun Thoyyib mampu bangkit dan berhasil membuat usahanya menjadi besar.
“Aku mendirikan usaha Marning manis pedas sekitar tahun 1981, setelah kiosku di Pasar Kliwon terbakar di tahun 1980. Setelah kejadian tersebut istriku bicara agar aku tidak usah berdagang CD (compact disk) di pasar, tetapi membuat usaha di rumah saja,” ujar Thoyyib kepada Seputarkudus.com
“Aku mendirikan usaha Marning manis pedas sekitar tahun 1981, setelah kiosku di Pasar Kliwon terbakar di tahun 1980. Setelah kejadian tersebut istriku bicara agar aku tidak usah berdagang CD (compact disk) di pasar, tetapi membuat usaha di rumah saja,” ujar Thoyyib kepada Seputarkudus.com
Pria yang di hari itu mengenakan kaos oblong dan mengenakan peci menuturkan, setelah istrinya memintanya untuk membuat
usaha di rumah, dia memutuskan untuk memproduksi marneng manis pedas sebanyak
25 kilogram. Proses pembuatan dia kerjakan dibantu oleh istrinya.
“Saat itu aku belum mampu membayar karyawan sehingga semua aku
kerjakan bersama istri. Setelah marneng produksiku jadi dan siap aku
pasarkan, ada beberapa pemilik toko yang menjual camilan datang untuk membeli marneng manis pedas hasil produksiku,” ungkap ayah empat
anak tersebut.
Thoyyib mengatakan, sejak itulah marneng manis
pedas produksinya mulai dikenal di pasaran. Hingga sekitar tahun 1991 Thoyyib
mengaku mampu memproduksi sekitar 4 kwintal sehari dengan mempekerjakan sekitar
sembilan orang.
“Kini setelah mampu
memproduksi empat kuintal sehari. Pedagang langgananku tidak hanya di Kudus saja tetapi juga di beberapa daerah luar Kota Kretek,
di antaranya, Pati, Jepara, Demak, Purwodadi, Semarang. Bahkan sekarang mencoba
memasarkan ke Cirebon,” ungkapnya.
Thoyyib mengaku sejak tahun 2001 marneng produksinya didaftarkan untuk diberi merek Dua Merpati. Marneng tersebut dijual Rp 12 ribu satu kilogram. “Selain produksi marneng, aku juga
memproduksi emping jagung manis pedas dan makaroni dengan merek yang sama.
Pokoknya yang bergambar merpati dua berarti hasil produksi ku,” katanya.