SEPUTARKUDUS.COM, JANGGALAN - Di sebelah timur tepi Jalan HM Subchan, Desa Janggalan,
Kecamatan Kota, Kudus, tampak seorang perempuan tua berjilbab dan mengenakan baju
warna kuning. Dia duduk menunggui puluhan potong daging ayam yang berada di atas papan
beralaskan taplak plastik. Perempuan tersebut bernama Sumiah (56), yang sehari-hari berjualan daging ayam. Menjelang Lebaran ini dia ingin hasil penjualannya meningkat, tapi dia tak punya cukup modal.
Sambil menunggu pembeli, Sumi’ah menuturkan, pada Ramadan tahun ini sebenarnya penjualan daging ayam mengalami peningkatan. Namun karena keterbatasan modal, setiap harinya Sumi’ah mengaku tetap menjual daging ayam sama seperti bulan lainya.
Sambil menunggu pembeli, Sumi’ah menuturkan, pada Ramadan tahun ini sebenarnya penjualan daging ayam mengalami peningkatan. Namun karena keterbatasan modal, setiap harinya Sumi’ah mengaku tetap menjual daging ayam sama seperti bulan lainya.
“Setiap harinya aku membawa sekitar 40 kilogram daging ayam,
jumlah yang sama dengan daging yang aku jual sebelum Ramadan. Padahal selama
Ramadan setiap pukul 11.00 WIB daganganku
tinggal, menyisakan satu kilogramn daging ayam,” kata Sumi’ah kepada Seputarkudus.com.
Perempuan yang pada hari itu ditemani suaminya
mengaku, sebenarnya setiap Ramadan, apalagi di hari- hari menjelang Lebaran seperti ini, dia hafal betul bila penjualan daging ayamnya tersebut
akan cepat habis.
Tetapi Sumiah tidak bisa berbuat apa-apa untuk memanfaatkan momen tersebut,
karena keterbatasan modal. “Sebenarnya
kalau ada jaminan aku ingin sekali pinjam uang di bank untuk menambah modal,
apalagi sekarang ada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang katanya bunganya
kecil,” ungkapnya.
Warga Kelurahan Mlati,
Kecamatan Kota, Kudus, itu mengatakan, karena tidak punya jaminan, selama ini
dia hanya utang ke rentenir sebesar Rp 500
ribu tanpa jaminan. “Jumlah uang tersebut harus diangsur setiap hari Rp 20
ribu selama 40 kali,” kata Sumi’ah.
Sumi’ah mengaku sudah sekitar 30 tahun berjualan daging
ayam. Dia menjual daging ayam di tepi Jalan HM Subchan pada
pagi hari, bila sampai pukul 11.00 WIB belum habis, dia pindah berjualan di depan pabrik rokok Djarum.
“Sisa berapapun daging ayamku, kalau dibawa di
depan pabrik rokok tersebut biasanya terjual habis dibeli para buruh pabrik
rokok,” kata Sumi’ah.