SEPUTARKUDUS.COM, JEKULO – Di Jalan Sewonegoro, Bareng, Dukuh Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, terdapat pondok pesantren yang ditempati para santri untuk menimba ilmu. Pondok pesantren itu bernama Darul Falah. Selain dikenal tempat menimba ilmu, pondok tersebut juga dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka datang untuk meminta ijazah Dalail Khairat.
KH Ahmad Jazuli, atau lebih akrab disapa Gus Jazuli, satu di antara pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, mengatakan, orang-orang datang meminta ijazah kepada ayahandanya, KH Ahmad Basyir. Namun, setelah meninggal, ijazah tersebut diberikan tiga anaknya, KH Ahmad Badawi Basyir, dirinya dan KH Muhammad Alamul Yaqin Basyir.
“Karena tradisi pesantren menghormati yang lebih tua, lebih baikknya ke kakak saja (KH Ahmad Badawi Basyir),” tuturnya kepada Seputarkudus.com.
Dari penjelasan Gus Jazuli, ayahnya mendapatkan ijazah Dalail Khairat dari gurunya, KH Yasin Jekulo dan Kiyai Muhammadun Pondohan. “Kalau runtutan sanadnya kurang lebih KH Ahmad Basyir dari KH Yasin Jekulo dan KH Muhamadun Pondohan. Selanjutnya, dari KH Muhammad Amir bin Idris Pekalongan, Muhammad Mahfudz Mekah, sampai ke penyusun Syekh Sulaiman al-Jazuli Maroko,” terangnya.
Seketika itu, air yang ada di dalam sumur tersebut tiba-tiba naik. Lalu akibat peristiwa tersebut Syekh Sulaiman Al-Jazuli akhirnya mengarang kitab Dalail Khairat yang berisi kumpulan selawat kepada Nabi Muhammad. “Saya tidak tahu anak itu siapa, yang lebih tahu ya Mbah Basyir,” tuturnya.
Gus Jazuli menjelaskan, puasa Dalail Khairat yakni puasa riyadhoh sunnah yang dilakukan dalam waktu beberapa tahun. Setiap hari membaca kitab Dalail Khairat yang berisi kumpulan selawat. “Puasa Dalail itu ada dua, Dalai Khairat dengan Dalail Quran. Perbedanya terletak pada lamanya berpuasa dan bacaan setiap hari,” jelasnya.
Halaman rumah milik Gus Jazuli tampak sangat luas. Rumahnya itu masuk kawasan Pondok Pesantren Darul Falah yang didirikan ayahandanya. Halaman rumah tersebut menurut Gus Jazuli, setiap 16 Maulud digunakan untuk ijazah masal Dalail Khairat.
KH Ahmad Jazuli Basyir, atau Gus Jazuli. Foto: Imam Arwindra |
KH Ahmad Jazuli, atau lebih akrab disapa Gus Jazuli, satu di antara pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, mengatakan, orang-orang datang meminta ijazah kepada ayahandanya, KH Ahmad Basyir. Namun, setelah meninggal, ijazah tersebut diberikan tiga anaknya, KH Ahmad Badawi Basyir, dirinya dan KH Muhammad Alamul Yaqin Basyir.
“Karena tradisi pesantren menghormati yang lebih tua, lebih baikknya ke kakak saja (KH Ahmad Badawi Basyir),” tuturnya kepada Seputarkudus.com.
Dari penjelasan Gus Jazuli, ayahnya mendapatkan ijazah Dalail Khairat dari gurunya, KH Yasin Jekulo dan Kiyai Muhammadun Pondohan. “Kalau runtutan sanadnya kurang lebih KH Ahmad Basyir dari KH Yasin Jekulo dan KH Muhamadun Pondohan. Selanjutnya, dari KH Muhammad Amir bin Idris Pekalongan, Muhammad Mahfudz Mekah, sampai ke penyusun Syekh Sulaiman al-Jazuli Maroko,” terangnya.
Dia menceritakan muncul awalnya Dalail Khairat yakni ketika ulama
besar Syekh Sulaiman Al-Jazuli Maroko pergi ke Baitullah, Mekah bersama
santrinya. Namun di tengah jalan rombongan kehabisan air. Akhirnya dia menemukan
sumur yang dalam namun tidak ada gayungnya. Saat itu
muncullah anak perempuan penduduk setempat yang meminta Syekh Sulaiman Al-Jazuli untuk membaca selawat kepada Nabi Muhammad.
Seketika itu, air yang ada di dalam sumur tersebut tiba-tiba naik. Lalu akibat peristiwa tersebut Syekh Sulaiman Al-Jazuli akhirnya mengarang kitab Dalail Khairat yang berisi kumpulan selawat kepada Nabi Muhammad. “Saya tidak tahu anak itu siapa, yang lebih tahu ya Mbah Basyir,” tuturnya.
Gus Jazuli menjelaskan, puasa Dalail Khairat yakni puasa riyadhoh sunnah yang dilakukan dalam waktu beberapa tahun. Setiap hari membaca kitab Dalail Khairat yang berisi kumpulan selawat. “Puasa Dalail itu ada dua, Dalai Khairat dengan Dalail Quran. Perbedanya terletak pada lamanya berpuasa dan bacaan setiap hari,” jelasnya.
Puasa Setiap Hari Selama Tiga Tahun
Gus Jazuli menambahkan, puasa Dalail Khairat
dilakukan selama tiga tahun
dan setiap hari membaca kitab Dalail Khairat yang berisi selawat. Menurutnya,
“Tabarukan saja
(mencari berkah) sesuai anjuran Al-Quran. sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
berselawatlah kalian dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-Nya
(Surat Al-Ahzaab ayat 56),” tuturnya.
Menurutnya, berselawat itu bagi manusia memiliki arti ber-tawasul agar mendapatkan safaat dari
Nabi Muhammad. Sedangkan malaikat memintakan maaf kepada manusia yang membacakan selawat
dan Allah ngalembana (memuji) kepada
Nabi Muhammad. “Meskipun niatnya riya (pamrih), membaca selawat mendapatkan pahala. Apalagi
tidak riya,” tambahnya.
Halaman rumah milik Gus Jazuli tampak sangat luas. Rumahnya itu masuk kawasan Pondok Pesantren Darul Falah yang didirikan ayahandanya. Halaman rumah tersebut menurut Gus Jazuli, setiap 16 Maulud digunakan untuk ijazah masal Dalail Khairat.
Gus Jazuli menuturkan, ketika ayahandanya masih hidup setiap
tanggal 16 Maulud banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk
meminta ijazah Dalail Khairat. Kegiatan tersebut juga memperingati haul Abu
Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman Al-Jazuliy Al-Simlaliy Al-Syarif Al-Hasani,
pengarang kitab Dalail Khairat.
“Selain ijazah masal juga haul pengarang kitab Dalail Khairat Muhammad Ibn Sulaiman Al-Jazuliy dari Maroko,” tuturnya ketika ditemui Seputarkudus.com, beberapa wakt lalu.
“Selain ijazah masal juga haul pengarang kitab Dalail Khairat Muhammad Ibn Sulaiman Al-Jazuliy dari Maroko,” tuturnya ketika ditemui Seputarkudus.com, beberapa wakt lalu.