Latest News

Tukang Becak Warga Garung Lor Ini Selalu ke Masjid Saat Adzan Dzuhur dan Ashar Terdengar

SEPUTARKUDUS.COM, SUNGGINGAN - Di Jalan Kiai Telingsing, tak jauh dari Pertigaan Sunggingan terdapat sebuah masjid. Bangunan yang berada di sebelah barat jalan tersebut bernama Masjid Al-Anwar, tepat berada di depan Kafe Kopi Cilik. Di pintu masjid tampak seorang pria mengenakan sarung, kemeja dan peci, menuju kamar mandi, hendak mengganti baju. Sulaiman (55), nama pria tersebut, seorang tukang becak yang selalu menyempatkan waktu untuk salat lima waktu dan tidak pernah alpa berpuasa Ramadan.

Kepada Seputarkudus.com, Sulaiman menceritakan rutinitasnya ke masjid tersebut. Dia menuturkan, setiap hari dirinya datang ke Masjid Al-Anwar untuk melaksanakan salat Dzuhur dan Ashar setelah kumandang adzan terdengar. Selesai salat dia mengaku menyempatkan diri berdzikir dan berdoa agar selalu diberi keberkahan di Bulan Ramadan.

“Alhamdulillah, selama ini aku setiap hari selalu melaksanakan salat lima waktu dan selalu berpuasa di Bulan Ramadan. Bahkan bila puasaku ada yang gagal, sesudah Lebaran Ketupat aku mengganti puasa yang gagal tersebut,” kata Sulaiman.

Dia mengaku sayang jika Ramadan tak menjalankan puasa, karena menurutnya hidup di dunia tidak selamanya. "Kalau kita tidak beribadah apa bekal yang kita bawa pada waktu meninggal. Ibadah bisa buat bekal nanti waktu di akhirat karena harta benda yang kita miliki di dunia hanya titipan," tuturnya.

Warga Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, itu sudah menjadi tukang becak selama 25 tahun. Setiap hari dia mangkal di Pertigaan Sunggingan bersama rekan-rekannya sesama tukang becak menunggu penumpang.

Sulaiman yang mengaku mempunyai empat anak dan enam cucu tersebut selalu berangkat dari rumahnya dengan mengayuh becaknya, begitu juga saat pulang. “Selama puasa ini penghasilan menurun. Hari ini setelah salat Dzuhur aku baru mendapatkan uang Rp 17 ribu. Padahal biasanya sebelum puasa pada jam yang sama aku sudah mendapatkan RP 25 ribu,” ungkapnya.