Dia mengatakan, anaknya tahun lalu masuk MPTs satu tahun karena tidak lolos tes seleksi masuk kelas 7 MTs. “Tahun ini (2016) anak saya baru masuk kelas 7 MTs, karena harus mengulang satu tahun di kelas persiapan (MPTs),” ungkapnya saat ditemui di MTs NU TBS, Senin (20/6/2016).
Supriyanto menceritakan, tahun 2015 lalu, anaknya tidak diterima kelas 7 MTs. Meski datang dari jauh, bagi dia tidak menyurutkan keinginannya untuk menyekolahkan anaknya di TBS. Menurutnya, selain mengharap berkah dari para kiiai di TBS, sistem pendidikan yang diterapkan terbilang maju. “Di TBS pembelajaran agama dan umumnya maju. Serta biayanya pun terjangkau,” terangnya.
Menurutnya, tahun lalu anaknya masuk di kelas persiapan (MPTs) tidak menjadi persoalan. Semuanya sama, ada pelajaran agama dan juga umumnya. “Saya tahu TBS dari internet. Setelah saya tanya-tanya katanya memang bagus,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, selain sekolah di TBS, anaknya juga mondok di Pondok Pesantren TBS. Setiap tahun anaknya hanya pulang satu kali ke Samarinda. “Ini anak saya sudah pulang ke Samarinda. Kemarin sudah izin Pak Kiai dan Alhamdulillah diizinkan pulang lebih dulu. Ya pulangnya satu tahun sekali ketika mau Lebaran,” tuturnya yang dulu pernah tinggal di Mijen, Demak, sebelum menetap di Samarinda.
Panitia Pendaftaran Peserta Didik Baru MTs NU TBS Kudus Noor Habib menuturkan, siswa yang bersekolah di MTs NU TBS tidak hanya datang dari Kudus , ada dari luar Kabupaten Kudus bahkan dari luar Jawa. Menurutnya, siswa yang mendaftar ada dari Banjarmasin dan Aceh. “Kalau dipresentasikan sekitar 40 persen dari luar Kudus,” tuturnya.
Dia memberitahukan, pendaftaran siswa di MTs NU TBS tahun 2016 ada 520 orang. Sebanyak 484 orang mengikuti test seleksi dan 36 orang memilih langsung di kelas MPTs. “Semua pendaftar di MTs TBS akan diterima semua. Yang lulus seleksi langsung kelas 7 MTs, yang gagal di kelas persiapan (MPTs)” jelasnya.