Suatu hari ada orang yang dengki karena kedekatan penasihat tersebut dengan sang raja. Dia membuat siasat agar raja membeci penasihat tersebut. Maka disusunlah sebuah rencana. Dia datang kepada raja dan memberikan kabar bohong perihal penasihatnya.
"Baginda raja, sesungguhnya penasihatmu telah berkata kepadaku, bahwa dirinya tak tahan dengan bau mulutmu. Oleh karenanya, ketika dia berbicara di dekatmu, penasihat itu menutup hidung menggunakan tangannya," ujar orang hasut tersebut kepada sang raja.
Raja pun kemudian memerintahkannya untuk pulang, dan akan mengecek kebenaran kabar tersebut. Raja kemudian memanggil penasihatnya. Namun, sebelum penasihat itu memenuhi panggilan sang raja, orang yang dengki tadi berusaha sebisa mungkin agar penasihat itu datang ke rumahnya. Dia mengundang penasihat itu untuk makan-makan, sebelum datang menghadap sang raja.
Penasihat itu pun datang ke rumah orang yang dengki kepadanya. Di atas meja telah tersaji banyak makanan beraneka rupa. Namun orang hasud tersebut memberi banyak bawang putih dalam makanan yang disajikan. Penasihat itupun memakan hidangan yang disajikan.
Setelah makan, penasihat itu kemudian datang menghadap sang raja. "Wahai penasihatku, kemarilah, mendekatlah kepadaku," penasihat itu kemudian mendekat, dan menutup mulutnya dengan telapak tangan agar sang raja tak mencium bau tak sedap bawang putih.
Melihat penasihat yang menutup mulut dan hidungnya saat mendekat, dia berkesimpulan bahwa kabar dari penghasud perihal penasihatnya benar adanya. Sang raja kemudian menulis sepucuk surat, dan dia meminta penasihatnya agar mengantarnya kepada seseorang.
Dalam surang yang ditulis, raja meminta kepada penerima surat, agar orang yang mengantar suratnya dibunuh dan dikuliti. Penasihat itu pun keluar dari istana membawa surat tersebut. Di tengah jalan, dia bertemu dengan orang hasud yang telah memberikan makanan penuh bawang putih tadi.
"Apa yang engkau bawa itu wahai penasihat raja," tanya orang hasud kepada penasihat.
"Ini surat yang ditulis raja agar aku mengantarnya kepada seseorang," jawabnya.
Orang yang hasud tersebut kemudian berpikir, jika surat itu ditulis dengan tangan raja sendiri, pastilah itu surat penting yang kemungkinan jika dia mengantarnya akan mendapat hadiah yang besar dari penerimanya.
"Berikanlah kepadaku, biar aku saja yang mengantarnya," kata orang hasud tersebut.
Dengan perasaan ragu, penasihat itu pun menyerahkan surat itu. Orang hasud tersebut kemudian mengantarnya kepada orang yang dituju. Setelah dia menyerahkan surat itu, dan penerima membaca suratnya, kemudian berkata. "Raja memerintahkan aku agar membunuh pengantar surat ini dan mengulitinya," kata penerima surat kepada orang yang hasud.
"Jangan bunuh saya, sebenarnya raja tak memerintahkan saya mengantar surat ini, melainkan orang lain," kata orang hasud.
"Tidak, ini perintah raja. Apapun harus dilakukan," katanya.
Orang yang hasud tersebut kemudian dibunuh dan dikuliti, dan diantar kepada raja sebagaimana permintaannya. Melihat yang dibunuh bukan penasihatnya, raja kemudian memanggil si penasihat.
"Aku telah memerintahkan agar kamu yang mengantar suratnya, tapi kenapa tak kau antar. Dalam surat itu aku meminta penerima surat agar membunuh dan mengulitimu karena kamu telah mengatakan mulutku bau busuk," ujar sang raja.
Penasihat kemudian menceritakan perihal apa yang telah terjadi. Dia mengatakan menutup mulut dan hidungnya agar raja tak mencium bau tak sedap dari bawang putih yang dimakan.
"Inilah balasan bagi orang yang melakukan keburukan," kata raja.