Maskan menuturkan, sudah menekuni pekerjaan menjual tape keliling di Kudus sejak 35 tahun silam. Selama ini, bila datang bulan Ramdan dia tidak pernah melewatkan untuk berpuasa penuh selama sebulan. Menurutnya bekerja memang bagian dari ibadah, tetapi berpuasa ibadah wajib dan tak bisa ditinggalkan.
“Perkerjaanku memang berat, tetapi aku takut kalau meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah. Di dunia hidup yang saya jalani sudah berat, saya tidak mau di akhirat nanti juga hidup sengsara,” kata Maskan kepada Seputarkudus.com, Selasa (7/6/2016) di kawasan Jember, Kudus.
Meski berjalan kaki dan memikul keranjang tape seberat 50 kilogram di bawah panas matahari, tapi Maskan selalu bersyukur diberi kesehatan serta kekuatan di usia senjanya. Dan dirinya tetap bisa untuk menjalankan ibadah puasa.
Lelaki dari Desa Kuwawur, Kecamatan Sukolilo, Pati, mengatakan, biasanya berangkat dari rumah pukul 6:00 WIB. Tapi saat puasa seperti ini dia berangkat lebih siang sekitar pukul 9:00 WIB, dan sampai ke Pasar Bitingan sekitar dua jam kemudian.
“Aku sengaja berangkat berjualan agak siang, soalnya kalau bulan Ramadan orang banyak beli tape itu sekitar waktu Ashar, meskipun waktu siang juga ada yang beli tetapi tidak selaris waktu sore,” ungkap Maskan sambil membasuh peluh di wajahnya.
Maskan mengaku membuat sendiri tape tersebut di rumahnya, dan setiap hari dia membawa setengah kwintal tape untuk dijual di Kudus. Sesampainya di Kudus dia mulai berkeliling menjual tapenya tersebut sampai habis.
Maskan mengatakan menjual tape dengan tidak mematok harga tertentu. Ada yang membeli Rp 1.000 juga dilayani apalagi dengan uang lebih. Biasanya tape yang dibawa habis terjual dalam sehari, tetapi jika tidak habis dijual secara borong ke pedagang di Pasar Bitingan, dan tentunya dengan harga yang lebih murah.
“Biasanya kalau habis dijual keliling sendiri, saya mendapat uang Rp 300 ribu, tetapi kalau dijual secara borong ke pedagang Pasar Bitingan, paling mendapat sekitar Rp 200 ribu,” ucap Maskan.