Syururi mengatakan tetap berpuasa pada Ramadan ini meski terik matahari menyengat saat berkeliling menjual balon. Ramadan ini dia berjualan balon hanya setengah hari, pulang sekitar pukul 13:00, sesudah salat Dzuhur. Dia ingin saat Ashar sudah sampai rumah, salat Ashar tepat waktu lalu tadarusan.
“Aku selalu berusaha agar di bulan Puasa, pada waktu salat Ashar aku sudah sampai rumah, agar bisa salat Ashar di rumah dan tadarusan. Karena menurutku manusia hidup itu harus taat beribadah, apalagi salat dan puasa yang memang wajib hukumnya,” ujar Syururi kepada Seputarkudus.com di dekat Perempatan Jember, belum lama ini.
Berjualan setengah hari diakui tidak seberapa hasilnya, apalagi berjualan balon yang tak banyak peminat. Setiap hari hasil dari penjualan balon tidak menentu, pernah sehari hanya mendapat uang Rp 2 ribu.
“Bahkan pernah tidak mendapatkan uang sama sekali, tetapi aku tetap memutuskan untuk pulang ke rumah selesai Dzuhur. Karena aku berfikir mungkin hari ini memang belum ada rezeki yang bisa aku bawa pulang,” kata Syururi.
Warga Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, menuturkan, menjual balonnya seharga Rp 2 ribu. Sedangkan bola balon dia jual Rp 5 ribu. Dia mengaku siang itu baru mendapatkan uang Rp 10 ribu, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11:00 WIB.
“Semoga nanti sebelum pulang, ada yang membeli lagi balon yang aku jual,” harap pria tua tersebut.
Syururi mengatakan, setiap hari berangkat berjualan dari rumahnya sekitar pukul 06:00 WIB dengan mengendarai sepeda sampai di Jember, dan menitipkannya di sana. Di tempat itu pula dia meniup balon yang akan dia jual keliling.
“Untungnya yang punya titipan sepeda baik, aku dikasih gratis. Jadi meskipun kadang tidak mendapatkan uang sama sekali aku masih tetap bisa mengambil sepeda untuk aku bawa pulang ke rumah,” ujar pria yang mengaku hidup sendiri tersebut.