Hasan Bashri, nama pemuda tersebut, mengikuti gadis cantik kemana kakinya melangkah. Ketika gadis tersebut menoleh, semakin terpesona Hasan Basri dibuatnya karena sepasang mata indah gadis itu.
Gadis cantik itu pun menghentikan langkahnya, setelah dirinya mengetahui diikuti seorang pria di belakangnya. Gadis itu pun berkata, "Hai engkau yang mengikuti langkah kakiku, tidakkah engkau malu dengan dzat yang mengetahui segala apa yang terbersit dalam hatimu dan matamu yang condong dalam kemaksiyatan."
Hasan Bashri tak menghiraukan perkataan gadis itu dan terus membuntutinya dari belakang. Rupanya dia telah dibuai pesona gadis tersebut.
"Kenapa engkau terus membuntutiku," tanya gadis tersebut. "Sungguh, aku telah terpesona dengan keindahan kedua matamu," kata Hasan Bashri.
"Baiklah, tunggulah sejenak, aku akan memberimu apa yang engka inginkan," kata gadis itu kepada Hasan Bashri yang telah membuntutinya hingga di depan rumah.
Pemuda itu pun menghentikan langkahnya dan duduk di depan rumah gadis tersebut. Tak lama kemudian, datang seorang wanita utusan gadis tersebut dengan membawa sebuah wadah. Wanita itu kemudian memberikan wadah itu kepada Hasan Bashri.
Setelah itu, Hasan Bashri membuka wadah tersebut, dan betapa kaget dirinya setelah melihat isi wadah yang dibawa utusan gadis yang ia ikuti tadi, yang ternyata dua bola mata. "Aku telah diutus oleh tuan putri yang engkau ikuti, dan beliau tak menghendaki matanya membutakan hati dan membuat seseorang terfitnah karena dua matanya," ujar utusan gadis.
Hasan Bashri yang mendengar perkataan itu lantas menangis dan gemetar seluruh tubuhnya. Dia pulang dengan kesedihan dan penyesalan yang begitu mendalam. Dirinya tidak bisa tidur semalaman karena penyesalan atas perbuatan yang ia lakukan.
Keesokan harinya, dia datang ke rumah gadis cantik yang hari sebelumnya ia buntuti. Dari luar rumah dia mendengar tangisan dari sejumlah perempuan. Dia lantas bertanya, ada apa gerangan sehingga mereka menangis. Seorang perempuan di rumah tersebut kemudian menjawab, "Sungguh tuan putri telah meninggal."
Betapa kaget Hasan Bashri mendengar jawaban itu. Bertambahlah penyesalan yang telah ia lakukan di hari sebelumnya, sehingga membuat gadis yang ia ikuti meninggal. Dia kemudian pulang dengan rasa sedih dan penyesalan berkali lipat. Bahkan berhari-hari penyesalan dan kesedihan itu tak juga pergi karena terus memikirkan kejadian yang ia alami.
Suatu ketika, Hasan Bashri tertidur dan bermimpi melihat gadis cantik dengan mata indah yang ia ikuti beberapa hari sebelumnya, duduk di sebuah singgasana surga. "Wahai putri, maafkanlah segala kesalahanku. Sungguh aku telah menyesal karena ini semua," ujar Hasan Basri dalam mimpinya.
"Aku telah memaafkan semua kesalahanmu. Justru aku berterima kasih kepadamu karena telah membuatku mendapat balasan kebaikan dari Allah," kata gadis tersebut.
Hasan Basri kemudian meminta nasihat dari perempuan tersebut agar bisa menjadi orang yang baik. "Saat engkau sendiri, ingatlah Allah dan berdzikirlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dan mintalah ampun kepada-Nya dan bertaubatlah," ujar gadis itu.
Setelah dia terbangun dari tidurnya, dia terus mengingat nasihat gadis tersebut. Dia melakukan apa yang telah dinasihatkan gadis itu kepadanya, sehingga dia menjadi orang yang dikenal penduduk Bashrah sebagai orang zuhud dan alim, serta mendapat derajat di sisi Allah sebagai seorang kekasih (waliyullah). (Wallahu A'lam)