Abdullah mendengar perbincangan dua malaikat itu. Dia menderngar, jumlah orang yang berhaji pada tahun itu sebanyak 600 ribu orang, tapi tak satupun ibadah haji mereka diterima. Berkat satu orang bernama Muwaffaq yang tinggal di kota Damsyiq, ibadah haji 600 orang tersebut diterima, padahal Muwaffaq tak menunaikan ibadah haji pada tahun itu.
Setelah mendengar perbincangan dua malaikat itu, Abdullah terbangun dari mimpinya. Dia kemudian berniat mencari orang bernama Muwaffaq yang disebut malaikat dalam mimpinya. Dirinya ingin tahu, kebaikan apa yang telah dilakukan Muwaffaq, sehingga Allah menerima ibadah haji pada tahun itu.
Kemudian, Abdullah menunaikan niatnya, dia pergi ke kota Damsyiq. Setelah tiba di kota itu, dia mencari tahu keberadaan Muwaffaq. Akhirnya dia mengetahui tempat tinggal Muwaffaq dan menemuinya.
Setelah bertemu, Abdullah menceritakan apa yang dia alami di Masjidil Haram, Mekah. Dia kemudian bertanya, kebaikan apa yang telah dilakukan, sehingga dia mendapatkan derajat yang tinggi.
"Sudah lama saya berniat akan pergi ke Mekah untuk menunaikan haji. Pada suatu hari, saya mendapatkan uang 300 dirham. Uang tersebut akan saya gunakan untuk berangkat ke Mekah. Istri saya saat itu sedang hamil. Suatu hari dia mencium bau masakan dari tetangga, dan meminta saya untuk meminta makanan itu kepada tetangga yang memasak makanan itu," cerita Muwaffaq kepada Abdullah.
"Setelah saya mengetuk pintu rumah tetangga saya, dan meminta makanan yang dia masak untuk istri saya, dia menolak memberikannya. Dia kemudian menceritakan semua hal tentang masakan itu," lanjut Muwaffaq bercerita.
Perempuan tetangganya itu, kata Muwaffaq, memiliki beberapa anak yatim. Anak-anak tersebut lapar, namun dirinya tak memiliki apapun untuk dimasak. Setelah dia keluar rumah, dia mendapati seekor keledai yang telah menjadi bangkai. Diambillah keledai itu dan kemudian dimasak, dan diberikannya kepada anak-anaknya untuk dimakan.
"Perempuan itu berkata, 'daging keledai ini halal untuk kami, tapi haram untukmu. Kami terpaksa memakan daging bangkai karena kami tak memiliki apapun untuk dimasak.' Mendengar cerita itu saya pulang ke rumah," kata Muwaffaq.
Kemudian, diambillah uang 300 dirham yang hendak digunakan Muwaffaq untuk berhaji. Diserahkanlah uang itu seluruhnya kepada tetangganya tersebut. "Gunakanlah uang ini untuk makan. Sesungguhnya uang ini akan saya gunakan untuk berhaji. Namun, biarkanlah aku berhaji di depan pintu rumahmu," kata Muwaffaq kepada tetangganya. (Wallahu A'lam)