Samidi (45), nama pria tersebut. Dia berjalan puluhan kilometer keluar masuk gang dan kampung-kampung di Kudus untuk mencari rezeki demi keluarganya di Temanggung.
Samidi menuturkan, sudah 10 tahun berjualan sapu ijuk di
Kudus. Sejak dari dulu sampai sekarang masih tetap berjalan
kaki saat menjajakan barang dagangannya. Tiap hari dia berjalan puluhan kilometer, dari satu ke rumah yang lain,
keluar masuk kampung dan gang, sampai sapu ijuk yang dia bawa habis terjual.
“Setiap berkeliling aku membawa 25 batang sapu ijuk, dan seringnya pukul 15.00 WIB sapu ijuk yang aku bawa sudah habis terjual," ungkap Samidi kepada
seputarkudus.com, belum lama ini.
Samidi mengatakan, sapu ijuknya
dia jual seharga Rp 10 ribu sampai Rp 13 ribu. Dalam sehari dia mengaku mendapatkan uang sekitar
Rp 250 ribu. "Mungkin hasilnya akan beda kalau berjualan membawa sepeda motor. Tapi sayangnya saya tidak punya motor di Kudus. Kalau membawa motor dari Temanggung ke Kudus saya tak berani,” katanya.
Samidi mengatakan, datang ke Kudus membawa 200 batang sapu ijuk, dan biasanya sekitar delapan sampai sepuluh hari sudah habis. Setelah semua sapu ijuknya terjual, samidi pulang ke Temanggung untuk mengambil sapu ijuk lagi.
Samidi mengatakan, datang ke Kudus membawa 200 batang sapu ijuk, dan biasanya sekitar delapan sampai sepuluh hari sudah habis. Setelah semua sapu ijuknya terjual, samidi pulang ke Temanggung untuk mengambil sapu ijuk lagi.
“Aku senang berjualan di Kudus. Selain laris, jarak satu
kampung ke kampung yang lain tak jauh, kampung-kampungnya pun padat penduduk. Selain itu warganya juga
baik hati, bahkan aku dikasih numpang gratis di sebuah rumah oleh seorang
warga Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati,” ungkapnya sambil tersenyum.