SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Pria setengah baya tengah mengiris bawang di sebuah warung tepat di depan gerbang utara kampus Universitas Muria Kudus (UMK), Sabtu (28/5/2016). Bagi sebagian besar mahasiswa UMK, pria tersebut sanagat tak asing. Dialah Mulyadi (41), atau lebih akrab disapa Mas Mul, yang telah berjualan sekitar 13 tahun di depan UMK.
Warung milik Mas Mul berada di deretan ruko berukuran sekitar 3x3 meter. Di depan warungnya, diletakkan beberapa meja dan kursi panjang, dengan atap semi permanen. Jumlah kursi yang tersedia 20 kursi dan 10 meja. Saat aktif perkuliahan, warung Mas Mul tak pernah sepi mahasiswa untuk makan atau sekadar ngopi dan nongkrong.
Mas Mul menceritakan, dia membuka warung di depan UMK sejak 2002 silam. Pada awal membuka usahanya itu dia hanya mempunyai dua kursi dan dua meja. Tempat usahanya pun masih berupa tenda.
“Waktu itu di sekitar Kampus UMK masih ladang tebu. Di depan
kampus pun masih sepi, yang dagang itu saya dan penjual es degan masih
menggunakan tenda,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com.
Setelah 2003, ruko yang
ditempatinya sekarang dibangun. Dia mengaku menjual nasi kucing, es buah, kacang ijo, kolak, es teh, kopi serta gorengan. “Harga segelas es teh saat itu masih
Rp 500 dan gorengan Rp 200,” tambahnya.
Mas Mul menuturkan, warung
miliknya memang sering dibuat nongkrong mahasiswa UMK. Dia mengaku, setiap
hari sekitar 200 pembeli datang ke warungnya. “Sering dibuat nongkrong
mahasiswa UMK, alumni-alumni UMK pun juga banyak yang masih ke warung,”
ungkapnya.
Buka Hari Pertama Hanya Ada Satu Pembeli
Saat buka pertama hari pertama, dia hanya menerima
uang Rp 4 ribu. Hari kedua bertambah menjadi Rp 5 ribu, hari ketiga Rp
9.500 dan terus bertambah. “Pertama buka dulu hanya ada satu orang saja yang
mampir. Dia laki-laki tapi saya lupa namanya,” ungkapnya.
Setelah itu, ruko milik H Zubaidi yang saat ini dia tempati jadi, dia pindah ke ruko.
“Dulu saya tukang kebunnya H Zubaidi. Tahun pertama saya diberi gratis,”
tambah Mas Mul yang mempunyai rumah di Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Achmad Hasan mahasiswa UMK angkata 2010 menuturkan, warung
Mas Mul termasuk warung legendaris di UMK. Dia sering nongkrong di sana
untuk bertemu teman dan pertemuan organisasi. “Waktu masih aktif di organisasi
PMII dan BEM, warung Mas Mul sering digunakan untuk membahas organisasi,”
ungkapnya.
Menurutnya, sampai sekarang ketika dia sudah lulus dari UMK,
warung Mas Mul masih menjadi rujukan bertemu dengan teman-temannya. “Ngopi
di mana boy? Mas Mul ya,” katanya mencontohkan.