Latest News

Buchori, Pengusaha Gebyok Kudus Langganan Keluarga Cendana

SEPUTARKUDUS.COM, JANGGALAN - Sebuah rumah di Jalan KH Noor Hadi, Desa Janggalan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, dipenuhi kayu jati berukir. Rumah bertembok tinggi tersebut milik almarhum Buchori, pengusaha pembuatan gebyok ukir di Kudus yang dulu menjadi langganan Keluarga Cendana. Usahanya kini diteruskan anaknya, Dony Osmond (37). 
pengusaha gebyok kudus langganan keluarga cendana
Foto almarhum Buchori bersama istri. Foto: Repro Prabu Sipan


Di dalam rumah berbentuk joglo itu terdapat meja, peralatan tukang kayu, serta gebyok dipenuhi ukiran tiga dimensi yang begitu detail. Gebyok berukir tersebut, menurut Dony, pesanan dari pelanggannya. Dia mengungkapkan, usaha warisan ayahnya itu sudah dikenal berbagai kalangan di Indonesia, termasuk Keluarga Cendana.

"Hampir semua yang berhubungan dengan kayu jati dan ukiran yang ada di rumah Keluarga Cendana, Pak Suharto (presiden kedua) dan anak-anaknya, dipesan dari ayah saya. Baik itu gebyok, joglo, pintu dan lain sebagainya,” kata pimpinan CV Artis Jaya, kepada Seputarkudus.com.

Dia menceritakan, Artis Jaya yang berdiri pada tahun 1989 itu telah banyak menghasilkan produk gebyok ukir. Selain yang ada di rumah Keluarga Cendana, gebyok yang ada di kantor DPRD Kudus yang di lantai satu dan lantai dua. Begitu juga gebyok yang ada di Pendapa Kabupaten Kudus.

(Baca juga: Inilah Sosok Pembuat Gebyok Ukir di Pendapa dan Gedung DPRD Kudus)

“Selain di Kudus Artis Jaya juga sering menerima pesanan dari luar daerah, di antaranya Semarang, Jakarta, Papua, bahkan pernah kita mengirim gebyok ke Amerika. Tetapi yang paling sering itu ke Jakarta," ujar pria berputra dua tersebut.

Dony menambahkan, produk gebyok ukir Kudus punya pasar tersendiri di tanah air, dikarenakan di setiap gebyok ukir pasti ada motif bunga melati yang begitu banyak. Serta ukir Kudusan itu lebih mendetail dari ukiran yang ada di daerah lain.

“Ciri khas dari ukiran Kudus itu motif ukiranya kecil-kecil serta mendetail, dan ada bunga melatinya, karena itu sebagai ciri khas Kudus. Kalau tidak begitu berarti bukan ukiran Kudusan," tuturnya.