Mashudi (kanan) mengerjakan pesanan duplikat kunci di Jalan Sunan Kudus. Foto: Prabu Sipan |
Siang itu, Mashudi tampak sibuk menggerinda pipihan logam di atas ragum yang digunakannya untuk membuat kunci duplikat. Kunci tersebut pesanan dari pelanggannya. Pria asal Semarang tersebut telah menjalani pekerjaan sebagai tukang duplikat kunci sejak lebih kurang 30 tahun lalu.
"Saya di Kudus sekitar tahun 1980, sampai sekarang ya sekitar 30 tahun lah menjadi tukang kunci," ujar Mashudi yang hingga kini mengontrak di Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kudus.
Berbagai macam kunci bisa dia duplikat. Di antaranya kunci pintu, kunci motor dan kunci mobil. Harga pembuatan satu kunci yang paling murah Rp 10 ribu, sedangkan yang mahal Rp 30 ribu.
"Tetapi kalau panggilan Rp 100 ribu. Saya mendapat bahan kunci duplikat dari orang Gebog," ungkap Mushadi kepada Seputarkudus.com.
Bekerja di Semarang dengan Bayaran Seadanya
Dia menceritakan, sebelum membuka usaha pembuatan kunci duplikat, dirinya terlebih dulu ikut orang di Semarang. Di sana dia diberi bayaran seadanya serta dikasih makan. Setelah dia menguasai cara menduplikat kunci dan punya sedikit modal dia pindah ke Kudus sekitar tahun 80-an.
Mashudi mengaku memilih membuka usaha di Kudus ketimbang di Semarang, karena di Kota Kretek saat itu belum
banyak orang yang mendirikan uasaha yang sama. Selain itu di Kudus tak ada razia,
serta tidak ada pungutan dari pihak-pihak tertentu, termasuk preman.
“Di Kudus masyarakatnya juga baik. Aku menempati
teras toko ini juga tidak pernah ditarik uang sewa, atau uang sukarela. Aku
menempati ini gratis," ungkap bapak empat anak tersebut.
Dia menceritakan, sebelum tahun 2000 masih sedikit orang yang membuka usaha seperti dirinya. Penghasilan yang didapat bisa dikatakan lumayan. Namun sekarang dia sudah banyak
memiliki saingan. Saat ini, sehari paling banyak dia mendapat uang bersih Rp 150 ribu.
“Sekarang sehari bisa dapat uang Rp 150 ribu bersih itu
sudah bagus. Kalau sepi paling dapatnya antara Rp 35 ribu sampai Rp 50 ribu
sehari,” kata Mashudi.