Aneka lauk dan sayur di sajikan di warung milik Darwati yang sering disapa Mak Dar, di Depan Kampus UMK. Foto: Imam Arwindra |
“Minum apa mas?” Tanya seorang pelayan perempuan yang sudah memegang gelas ditangannya. “Es teh buk,” jawab pria berbaju kotak-kotak sambil menoleh kebelakang.
Warung makan tersebut milik Darwati (51), yang telah lama berjualan nasi untuk mahasiswa UMK. Setiap pembeli yang datang dipersilakan mengambil sendiri, nasi, sayur dan lauk. Harga yang
diberikan untuk satu porsi nasi dan sayur sangat murah, yakni Rp 3 ribu.
“Di (warung) sini prasmanan. Silakan mau ambil nasi
dan sayur sepuasnya,” ungkap Darwati, atau yang akrap disapa Mak Dar, ketika ditemui di warungnya, Selasa
(17/5/2016).
Mak Dar menuturkan, dirinya memulai berjualan nasi sejak 1996,
ketika masih di Perumahan Muria Indah, Desa Gondang Manis, Bae, Kudus. Dia pindah di depan Kampus
UMK sekitar tahun 2013. Alasan dia berjualan secara prasmanan, untuk
membantu mahasiswa yang makannya banyak, namun uang sakunya pas-pasan.
“Tak sekadar hanya berjualan saja. Saya ingin membantu anak-anak kos supaya tetap bisa makan. Di sini hutang juga boleh,” ungkapnya.
“Tak sekadar hanya berjualan saja. Saya ingin membantu anak-anak kos supaya tetap bisa makan. Di sini hutang juga boleh,” ungkapnya.
Selain alasan ingin membantu mahasiswa yang berkantong cekak, Mak Dar mengaku mempunyai anak yang
masih menempuh pendidikan di Sekolah Pelayaran, Semarang. Uang yang dia kasih menurutnya terbilang
pas-pasan.Tapi ada pemilik warung yang baik dengan anaknya.
“Semarang ada warung makan yang baik dengan dia. Kalau tidak punya uang boleh
hutang. Saat saya membantu mahasiswa di sini, anak saya di Semarang juga dibantu orang lain,” tambahnya.
Setiap Senin hingga Kamis, Darwati memasak nasi sekitar 15 kilogram. Sedangkan Jumat hingga Minggu hanya memasak nasi lima kilogram. “Hari Senin sampai Kamis mahasiswa aktif kuliah. Mulai Jumat biasanya sudah banyak yang pulang kampung,” ungkap wanita asli Blitar tersebut.
Dalam sehari sekitar 100 mahasiswa makan di warungnya. Warung yang buka dari pukul 07.00 WIB hingga 23.00 WIB, menyajikan banyak menu makanan. Di antaranya, pecel, rames, lodeh, bening, asem-asem, tempe
penyet dan aneka lauk ikan dan ayam.
"Dulu setiap hari makannya ya di warung Mak Dar. Makan sekali bisa untuk bekal satu hari, karena ambil nasi dan sayurnya bisa banyak," ujar Makin, mahasiswa FKIP UMK angkatan 2003.
Dia mengaku masih sering datang ke warung Mak Dar, meski tidak lagi kuliah di UMK. Sikap baik Mak Dar kepada mahasiswa yang datang ke warungnya, memberikan kesan mendalam, sehingga menganggap Mak Dar seperti ibunya sendiri.
"Saya dulu makan di sana ketika masih di Perumahan Muria Indah. Kebetulan kontrakan saya di perumahan itu. Mak Dar sangat baik kepada siapapun. Orangnya sangat peduli, khususnya kepada mahasiswa kuliah harus mencari biaya sendiri. Dulu kalau tidak punya uang saya sering hutang," tuturnya sambil tertawa.
Mahsiswa UMK Sangat Terkesan
Bagi sebagian mahasiswa UMK, khususnya angkatan sekitar tahun 2000, warung milik Mak Dar sangat memberikan kesan. Selain bisa mengambil nasi dan sayur sesukanya dan murah, Mak Dar juga mengizinkan mereka untuk berhutang."Dulu setiap hari makannya ya di warung Mak Dar. Makan sekali bisa untuk bekal satu hari, karena ambil nasi dan sayurnya bisa banyak," ujar Makin, mahasiswa FKIP UMK angkatan 2003.
Dia mengaku masih sering datang ke warung Mak Dar, meski tidak lagi kuliah di UMK. Sikap baik Mak Dar kepada mahasiswa yang datang ke warungnya, memberikan kesan mendalam, sehingga menganggap Mak Dar seperti ibunya sendiri.
"Saya dulu makan di sana ketika masih di Perumahan Muria Indah. Kebetulan kontrakan saya di perumahan itu. Mak Dar sangat baik kepada siapapun. Orangnya sangat peduli, khususnya kepada mahasiswa kuliah harus mencari biaya sendiri. Dulu kalau tidak punya uang saya sering hutang," tuturnya sambil tertawa.