Latest News

Berbekal Facebook, Veti Sukses Berbisnis Online dengan Pasar di Seluruh Indonesia

SEPUTARKUDUS.COM, FACEBOOK - Pertemanan di akun Facebooknya mencapai 4.995. Akun Facebooknya yang lain mencapai 2.251 pertemanan. Dua akun tersebut milik Veti Andriyani, mahasiswa Univeristas Muria Kudus yang sukses menjalankan bisnis online. Akun tersebut digunakan untuk menawarkan produk dan konsumennya tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.
vety jual atribut dan sovenir PMII
Veti (paling kanan) berfoto bersama anggota PMII. Foto Facebook


Di beberapa postingannya, dia mengunggah atribut organisasi. Di antaranya, pin, peci, selempang, jas, batik motif organisasi dan buku. Barang-barang tersebut dia jual secara online kepada anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di seluruh Indonesia.

Veti yang asli Desa Terban, Kecamatan Jekulo, mengaku dalam sebulan mampu meraup omzet jutaan Rupiah. “Bulan ini yang sedang ramai pesanan jas dan pin PMII. Rata-rata dalam sebulan 100 hingga 150 barang yang terjual,” ungkapnya.

Setiap bulan, Veti mengirim pesanan ke sejumlah daerah di luar Jawa. Di antaranya, ke Banjarmasin, Lampung, Sumbawa, Kupang, Medan, Ambon dan Jayapura.

“Sebenarnya saya tidak hanya menjual atribut PMII saja. Saya juga pernah dapat pesanan dari HMI (HImpunan Mahasiswa Islam) di Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat. Saya juga pernah mendapat pesanan dari GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) di Kutai Timur,” ungkapnya.
atribut pmii
Produk atribut PMII yang dijual Veti melalui akun Facebook miliknya. Foto: Facebook
Dia menceritakan, mulai menggeluti bisnis online sejak Oktober 2014. Produk yang dijualnya ialah atribut organisasi. Antara lain, jas, batik, baju seragam organisasi, kaos, pin, peci, samir, bendera dan buku.

“Dulu pernah berjualan buku. Tapi sekarang fokus untuk menjual atribut dan sovenir organisasi kemahasiswaan, khususnya PMII. Kenapa PMII, ya karena saya kader PMII. Sekarang juga masih menjadi pengurus di PC (Pengurus Cabang) PMII Kudus," ujar Veti kepada Seputarkudus.com.


Dia beralasan memilih fokus pada penjualan atribut dan sovenir organisasi, karena persaingan masih sedikit, terlebih di media sosial. Selain itu, banyak organisasi yang membutuhkan, terutama di luar Jawa.

“Biasanya banyak orang berjualan atribut organisasi hanya saat kegiatan besar saja. Sedangkan, di setiap daerah butuh atribut organisasi secara cepat tanpa harus menunggu kegiatan besar. Dari alasan itulah saya mengambil peluang itu,” jelasnya.