SEPUTARKUDUS.COM, GRIBIG - Siang itu (16/5/2016) Arif Budiman tengah menjahit bahan sepatu kulit di ruang tengah tempat produksi Shinta Shoes, Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus. Sedangkan belasan karyawannya mengerjakan item sepatu lainnya. Arif merupakan generasi kedua Shinta Shoes yang telah dikenal hingga ke sejumlah daerah di luar Jawa.
Arif menceritakan, usaha pembuatan sepatu kulit dimulainya sejak tahun 1993. Dia meneruskan ayahnya yang telah merintis usaha tersebut sejak tahun 70-an. Untuk melanjutkan usahanya tersebut, Arif dibantu adiknya, Heni Sinta.
Selain mengurus produksi sepatu, Arif juga mengurus pemasaran. Dia melayani pembeli yang datang ke tempat produksinya itu. Selain suplier, banyak juga pemesan datang langsung ke tempatnya untuk dibuatkan bentuk dan ukuran sepatu yang diinginkan.
"Adik saya tugasnya khusus melayani pembeli yang datang ke toko. Jadi pembeli bisa datang langsung ke tempat produksi atau ke toko. Toko sepatu kami ada di Jalan Ringroad Utara, Desa Peganjaran, Kecamatan Bae," tuturnya.
Tempat produksi sepatu kulit milik arif berada di sebuah kampung. Untuk menuju ke sana, gang samping utara Puskesmas Gribig masuk hingga ada gang kedua belok ke selatan, lalu lurus hingga menemui jalan buntu. Di sanalah ada sebuah rumah yang menjadi tempat produksinya.
Para karyawan Shinta Shoes bekerja di dalam ruangan berukuran sekitar 8x5 meter. Nampak berceceran sepatu pantofel setengah jadi di sisi tengah sudut ruangan. Di sisi barat, tumpukan sepatu dan cetakan pola yang terbuat dari kayu tertumpuk di rak. Di sisi timur, bahan sepatu dari kulit sapi juga terlihat menumpuk.
Karyawan Shinta Shoes mengerjakan sejumlah item sepatu kulit di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Arif menceritakan, usaha pembuatan sepatu kulit dimulainya sejak tahun 1993. Dia meneruskan ayahnya yang telah merintis usaha tersebut sejak tahun 70-an. Untuk melanjutkan usahanya tersebut, Arif dibantu adiknya, Heni Sinta.
“Saya anak kedua dari empat bersaudara yang semuanya
perempuan. Untuk menjalankan usaha ini, saya dibantu adik saya anak keempat,
Heni Sinta,” ungkap Arif kepada Seputarkudus.com. (Baca juga: Omzet Sepatu Kulit Home Industry di Gribig Ini Tembus Rp 55 Juta Sebulan)
Selain mengurus produksi sepatu, Arif juga mengurus pemasaran. Dia melayani pembeli yang datang ke tempat produksinya itu. Selain suplier, banyak juga pemesan datang langsung ke tempatnya untuk dibuatkan bentuk dan ukuran sepatu yang diinginkan.
"Adik saya tugasnya khusus melayani pembeli yang datang ke toko. Jadi pembeli bisa datang langsung ke tempat produksi atau ke toko. Toko sepatu kami ada di Jalan Ringroad Utara, Desa Peganjaran, Kecamatan Bae," tuturnya.
Tempat produksi sepatu kulit milik arif berada di sebuah kampung. Untuk menuju ke sana, gang samping utara Puskesmas Gribig masuk hingga ada gang kedua belok ke selatan, lalu lurus hingga menemui jalan buntu. Di sanalah ada sebuah rumah yang menjadi tempat produksinya.
Para karyawan Shinta Shoes bekerja di dalam ruangan berukuran sekitar 8x5 meter. Nampak berceceran sepatu pantofel setengah jadi di sisi tengah sudut ruangan. Di sisi barat, tumpukan sepatu dan cetakan pola yang terbuat dari kayu tertumpuk di rak. Di sisi timur, bahan sepatu dari kulit sapi juga terlihat menumpuk.
Meski berada di dalam kampung yang dan ke luar masuk gang, Arif mengatakan banyak pembeli dan suplier datang ke tempat produksinya itu. Saat ini Arif tidak perlu susah payah memasarkan produknya, karena kebanyakan para pembeli datang langsung.
“Konsumen datang langsung ke sini (rumah produksi). Karena biasanya mereka ingin diukur sesuai kakinya. Suplier juga demikian, mereka datang langsung. Sepatu dari kami ada yang dijual di Kudus dan sekitarnya, ada juga yang dijual hingga ke Sumatra,” ungkap Arif.
Membuat Sandal, Tas dan Dompet Berbahan Kulit
Arif menceritakan, dirinya tak hanya memproduksi sepatu berbahan kulit. Sandal, tas dan dompet juga dibuat. Dalam pembuatan produknya itu dia dibantu 12 orang karyawan.
“Sebenarnya tidak hanya sepatu. Dompet,
tas, sandal dan sabuk yang berbahan kulit juga kami buat,” tambahnya.
Dia mengaku, dalam sehari mampu memproduksi 10 unit sepatu
pria dan wanita. Harga yang dibanderol Sinta Shoes menurut Arif cukup
terjangkau, antara Rp 160 ribu hingga Rp 200 ribu untuk sepatu pantofel dan
boat. “Kalau buat sepatu paling dua jam sudah jadi,” ungkapnya.