Latest News

1 Set Meja Makan Kayu Jati Belanda di Desa Jepang Ini Hanya Dijual Rp 800 Ribu

SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG - Suara mesin amplas terdengar keras di sebuah mebel di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus, Selasa (17/5/2016) siang.  Para tukang kayu sedang mengerjakan pesanan satu set meja makan dari bahan kayu jati belanda. Satu set meja makan yang telah jadi dijual seharga Rp 800 ribu.
harga 1 set meja makan dari kursi belanda
Para tukang tengah mengerjakan pesanan satu set meja makan terbuat dari kayu jati belanda, di Desa Jepang Pakis, Kecamatan Mejobo, Kudus. Foto: Suwoko

Muhammad Dorif, atau biasa disapa Cak Dorif, adalah pemilik mebel yang letaknya tak jauh di utara lampu merah Desa Jepang. Hari itu dia terlihat meneliti hasil pekerjaan para tukang. Setelah meneliti, mereka meminta pekerja yang lain untuk memberi sentuhan akhir dengan klir.

"Kami hanya mengerjakan pesanan mebel berbahan kayu jati belanda. Kami ada empat tukang dan beberapa pekerja yang melakukan finishing. Satu set meja makan yang dikerjakan ini kami jual Rp 800 ribu," ujar Dorif, warga Desa Wergu Kulon, Kecamatan Jati, kepada Seputarkudus.com.

Produk mebel yang dibuat memang dijual dengan harga terjangkau. Namun dia menjamin kualitas produk yang dibuatnya. Bahan kayu jati belanda, katanya, juga cukup kuat. Selain itu, kayu tersebut memiliki serat yang unik.

"Banyak yang mengaku suka mebel berbahan kayu jati belanda. Seratnya itu sangat unik, berbeda dengan kayu jati biasa yang tidak memiliki serat tampak," ujar pria kelahiran Jawa Timur itu.

Dia menceritakan, usaha yang dijalankan tersebut sudah berlangsung selama tiga tahun. Awalnya dia membuat produk mebel untuk setok. Namun, karena saat ini banyak yang datang memesan, dia hanya sempat untuk mengerjakan pesanan. 

"Tidak hanya meja kursi, saya juga sering dapat pesanan untuk menggarap seluruh interior. Ada yang untuk rumah, kafe, atau distro," jelasnya. 

Dorif menceritakan, beberapa waktu lalu dirinya pernah diminta untuk membuatkan interior sebuah distro di Pati. Tak lama setelah itu, dirinya mendapat pesanan sebuah kedai. "Kalau yang memesan seperti itu biasanya sistem borongan. Meja, kursi, bar, atau item interior yang lain, dihitung berdasarkan item yang dikerjakan," katanya.


Jual Kayu Jati Belanda

jual kayu jati belanda
Pekerja sedang melepas paku dari palet kayu jati belanda di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo. Foto: Suwoko

Sementara itu, di depan tempat Dorif membuat produk mebel, bertumpuk bahan kayu jati belanda berbagai ukuran. Seorang pekerja tampak mencopoti paku-paku yang masih menempel di kayu. Kayu-kayu tersebut, selain digunakan sebagai bahan produk produk furnitur, juga dijual.

"Awalnya kami hanya menjual kayu jati belanda. Banyak pemilik mebel yang datang untuk membeli kayu kepada kami. Setelah dipikir-pikir, kenapa tidak kami coba untuk membuat mebel juga. Untungnya lebih banyak ketimbang jual bahan," tutur Dorif.

Dia menjelaskan, kayu jati belanda tersebut dia dapat dari sebuah perusahaan tekstil. Kayu-kayu tersebut merupakan bekas palet atau peti kemas di perusahaan tersebut. Dia melakukan kontrak dengan perusahaan tekstil itu untuk memborong palet dan peti kemas.

"Biasanya kalau ada barang masuk, pasti palet atau peti kemasnya kami ambil. Kami sudah melakukan kontrak. Jadi setiap ada barangnya harus kami beli borongan," katanya. 

Dorif menambahkan, selain kayu palet berbagai ukuran, dirinya juga menjual triplek bekas peti kemas. Harga yang ditawarkan diklaim lebih murah ketimbang yang dijual di toko.