Latest News

Warga Dukuh Plumbungan Gantungkan Hidup dari Pasir yang Mengendap

SEPUTARKUDUS.COM, PURWOREJO - Air sungai Kaligelis tampak tenang. Empat orang laki-laki dengan ban besar di sampingnya tampak  bergantian menyelam di Sungai Gelis, Dukuh Plumbungan Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus, Sabtu (14/5/2016). Ketika muncul ke permukaan, mereka menyunggi pengki berisikan pasir basah. Aktivitas seperti itu banyak dilakukan warga Plumbungan untuk mencari nafkah.
pasir sungai gelis kudus
Penambang mengangkut pasir menggunakan ban di Sungai Gelis, Dukuh Plumbungan, Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus. Foto: Imam Arwindra

Ditepi sungai tiga truk dum bersiap mengangkut pasir yang dikumpulkan penambang. Munawir (36), satu di antara penambang pasir kemudian menepi di bibir sungai, dan menarik ban besar yang berisi pasir. Dia lalu mengangkat pasir itu sedikit demi sedikit ke dalam truk.

Dia menuturkan, sehari-hari dia bersama warga Plumbungan lainnya menambang pasir di tak jauh dari permukiman. Merka biasanya mulai bekerja sekitar pukul 07.00 WIB dan pulang sekitar 13.00 WIB. Menurutnya, hampir sebagian besar warga Plumbungan berkerja sebagai penambang pasir.

“Warga di sini (Plumbungan) banyak yang menggantungkan hidup dari pasir yang mengendap di dasar sungau,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com.

Munawir mengaku tak memiliki cukup modal untuk bisa "naik kelas" menjadi pengepul pasir. “Modal awal (menambang pasir) sekitar Rp 375 ribu. Rp 200 ribu untuk membeli ban, Rp 150 ribu untuk kawah dan Rp 25 ribu untuk membeli pengki dan pelapis besinya. Ingin bisa menjadi pengepul, tapi tak punya modal,” jelasnya.

Menjeng, seorang pengepul yang datang ke lokasi penambangan, mengatakan satu bak truk dam dirinya bisa untung Rp 500 ribu. “Modal awal saya besar. Ini saja truk dam masih hutang bank. Setiap bulan saya nyicil,” ungkapnya.

Dia mengatakan setiap hari saat musim kemarau seperti ini, dia bisa mengangkut dua truk pasir. “Kalau penambangnya banyak dan giat, satu hari bisa dua muatan pasir,” ungkapnya.

Pasir-pasir yang dia dapat ada yang dikirim kepada penjual pasir di Desa Panjang. “Karena ini pasir lokal, pembelinya orang Kudus dan daerah sekitar,” jelasnya.