SEPUTARKUDUS.COM, DANDANGAN - Ratusan orang berdesakan di sepanjang Jalan Sunan Kudus,
Sabtu (28/5/2016) malam. Mereka memadati lokasi
Dandangan yang digelar setiap tahun menyambut Ramadan. Tiyas (35), pengunjung yang datang di Dandangan saat itu mengaku telah lama menantikan acara tersebut tahun ini.
Pengunjung memadati wahana permainan di acara Dandangan, Sabtu (28/5/2016) malam. Foto: Imam Arwindra |
"Dandangan itu seperti pasar rakyat. Masyarakat Kudus
dan sekitar berbondong-bondong datang untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan. Saya sangat menanti acara Dandangan tahun ini. Kelihatannya
semakin meriah,” ungkap Tiyas yang datang bersama suami dan anaknya.
Dia mengatakan, selain banyak barang-barang unik yang dijual, wahana-wahana permain di
Dandangan juga menarik. “Ini saya mengajak suami dan anak saya untuk
jalan-jalan di wahana permainan,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang banyaknya pengunjung sehingga harus berdesakan, Tiyas mengaku tidak khawatir. Dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. “Tahun-tahun sebelumnya juga sama desak-desakan. Jadi sudah terbiasa,” tambahnya.
Pengunjung berdesakan di lokasi Dandangan. Foto: Imam Arwindra |
Ketika ditanya tentang banyaknya pengunjung sehingga harus berdesakan, Tiyas mengaku tidak khawatir. Dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. “Tahun-tahun sebelumnya juga sama desak-desakan. Jadi sudah terbiasa,” tambahnya.
Tradisi Dandangan setiap tahun selalu diadakan oleh Pemerintah
Kabupaten Kudus sebelum Ramadan. Tahun 2016, Pemerintah Kabupaten
Kudus menjadwalkan tradisi Dandangan mulai 26 Mei hingga 5 Juni 2016.
Rif’ati (69), warga Sunggingan, Kecamatan Kota, menuturkan,
tradisi Dandangan sudah ada sejak zaman Sunan Kudus. Tradisi tersebut dilakukan
untuk menandai akan dimulainya ibadah puasa Ramadhan.
Dia menceritakan, Awalnya Dandangan ialah tradisi
berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus untuk menunggu pengumuman
awal dimulainya puasa. Pengumuman tersebut diumumkan oleh Sunan Kudus.
Kesempatan itu dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid.
“Sehingga tradisi tersebut masih belangsung sampai sekarang,”
tambahnya.