SEPUTARKUDUS.COM, PURWOREJO - Truk dam warna hijau melaju pelan menuju Sungai Gelis di Dukuh
Plumbungan, Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus, Sabtu (13/5/2016). Ditepi sungai, tiga truk tampak menunggu pasir yang sedang
dikumpulkan para penambang.
Tak lama kemudian, seseorang laki-laki tiba-tiba muncul dari dalam sungai. Dia menumpahkan pasir ke ban besar menggunakan pengki yang dipegang. Ban besar tersebut digunakannya untuk mengangkut pasir basah yang telah diambil dari dasar menuju tepi sungai.
Munawir (36), penambang pasir di lokasi tersebut, mengatakan, saat musim kemarau seperti ini tak banyak penambang yang datang untuk mengambil pasir. Hal berbeda terjadi saat musim hujan, lokasi tersebut dipenuhi penambang.
Munawir mengumpulkan pasir dari dasar Sungai Gelis di Dukuh Plumbungan, Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus, Sabtu (13/5/2016) |
Tak lama kemudian, seseorang laki-laki tiba-tiba muncul dari dalam sungai. Dia menumpahkan pasir ke ban besar menggunakan pengki yang dipegang. Ban besar tersebut digunakannya untuk mengangkut pasir basah yang telah diambil dari dasar menuju tepi sungai.
Munawir (36), penambang pasir di lokasi tersebut, mengatakan, saat musim kemarau seperti ini tak banyak penambang yang datang untuk mengambil pasir. Hal berbeda terjadi saat musim hujan, lokasi tersebut dipenuhi penambang.
“Saat musim hujan penambang banyak yang datang. Sampai malam ada yang
masih mengambil pasir,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com.
Saat kemarau seperti ini, Munawir tak seberuntung seperti saat musim hujan. Hasil dari menambang pasir saat kemarau maksimal lima kawah pasir. Setiap kawah ia jual seharga Rp 16 ribu. “Kalau tidak ada hujan mentok-mentoke cuma lima kawah, itu pun susah,” ungkapnya.
Saat kemarau seperti ini, Munawir tak seberuntung seperti saat musim hujan. Hasil dari menambang pasir saat kemarau maksimal lima kawah pasir. Setiap kawah ia jual seharga Rp 16 ribu. “Kalau tidak ada hujan mentok-mentoke cuma lima kawah, itu pun susah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, saat banjir, air membawa pasir dari hulu pegunungan Muria ke
hilir. Pasir banyak mengendap hingga ke tepian sungai, sehingga para penambang tak perlu bersusah payah mengeruk di dasar sungai.
“Kemarau seperti ini, kami harus menyelam ke tengah sungai hinga ke dasar. Kami harus mengangkut pasir basah itu menggunakan ban. Dan itu sangat berat," ujarnya.
Munawir mengungkapkan, dia hanya mampu bekerja mengambil pasir mulai pagi hingga siang. Proses pengambilan pasir di dasar sungai membuat dirinya kelehan saat siang hari.
Munawir mengungkapkan, dia hanya mampu bekerja mengambil pasir mulai pagi hingga siang. Proses pengambilan pasir di dasar sungai membuat dirinya kelehan saat siang hari.
“Walaupun mendapat sedikit (pasir) tidak apa-apa. Karena ini
sumber penghasilan keluarga. Cukup tidak cukup harus dicukup-cukupkan,” tambahnya.
"Warga lain ada yang bekerja di pabrik, ada yang berdagang, dan masik banyak lainnya. Menambang pasir hanya dibuat pekerjaan sampingan. Kalau saya ini pekerjaan satu-satunya," tutur Munawir.