Karyawan di konveksi Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kudus, mengerjakan pesanan kemeja hitam untuk upacara Ngaben di Bali. Foto: Imam Arwindra |
Dia mengaku, sejak tahun 1996 konveksinya
sudah menjadi pemasok kemeja hitam yang digunakan untuk upacara Ngaben di Bali. “Minggu ini akan kirim baju lagi ke Bali.
Selain seragam sekolah ada kemeja hitam untuk upacara Ngaben,” ungkapnya ketika
ditemui di kediamannya, Selasa (10/5/2016) siang.
Chalimi menuturkan setiap pekan dia
mengirim 300 kemeja hitam ke Bali. Angka tersebut terbilang kecil, karena jika permintaan stabil bisa sampai mencapai 1.000 pcs. “Pernah dulu ketika Ngaben massal bisa
sampai 3.000 potong,” jelasnya.
Chalimi menjelaskan, dalam menjalankan usaha konveksinya itu dia dibantu
Sembilan karyawan tetap dan enam orang karyawan lepas.
Di Bali, dia mengaku memiliki tiga agen penjualan di Bali.
“Sebenarnya tidak hanya kemeja hitam untuk
Ngaben saja. Kemeja putih untuk ke pure juga saya buat,” tambahnya.
Chalimi menata kemeja hitam pesanan dari Bali untuk upacara Ngaben. Foto: Imam Arwindra |
Dia menjelaskan, orang-orang Bali sangat taat beribadah. Upacara Ngaben memakai kemeja hitam dan sarung. Begitu juga ketika mereka beibadah ke pure, mereka memakai kemeja putih.
Konveksi
dengan nama merek dagang Maxthink dan CJDW milik Chalimi, selain membuat kemeja, juga
memproduksi celana pendek. Dia menuturkan penjualannya tidak hanya
di Bali, melainkan juga di sekitar Kudus. Sebagian besar kemeja-kemeja
perusahaan dan organisasi yang terdapat tulisan bordir.
“Kami juga banyak menerima pesanan
kemeja-kemeja dari perusahaan maupun organisasi yang biasanya (tulisan) dibordir.
Rata-rata dari sekitar Kudus,” jelasnya.