Morza (dua dari kiri) mengenakan batik Kudus dalam acara modelling di Auditorium UMK. Foto: Imam Arwindra |
Satu dari beberapa anak yang tampil memeragakan busana batik, yakni Morza (9). Dia mengenakan batik Kudus untuk diperagakan dalam acara tersebut. Dia mengenakan batik Kudus atasan kombinasi warna merah dan hitam, serta bawahan merah. Morza mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut, apa lagi menggunakan batik Kudus.
“Mama suka foto-foto dan modelling, jadi saya juga
ikut suka,” ungkap Morza yang mengenakan aksesoris kalung dilehernya.
Pendamping Morza, Fahmi Denhaz menuturkan, pemilihan pakaian
yang dikenakan Morza ditentukan ibunya. Mungkin karena acaranya bertempat di
Kudus, jadi lebih memilih Batik Kudus. “Sebenarnya saya orang Karanganyar (Demak), karena
kegiatannya di Kudus. Kami memakai corak batik Kudus,” ungkapnya.
Begitu juga Trianto (39), dia mengantar putrinya Salsabila
Briliana (5) yang masih duduk di taman kanak-kanak (TK) untuk mengikuti lomba
tersebut. Dia menuturkan, kegiatan modelling batik dinilai bagus untuk
perkembangan anaknya. Selain untuk melatih percaya diri, kegiatan ini juga bisa
memperkenalkan batik kepada anak sejak dini.
“Kegiatan ini baik untuk anak-anak. Selain melatih mental, juga
bisa memperkenalkan batik sejak dini. Batik adalah warisan budaya kita yang perlu
dijaga,” ungkapnya.
Trianto dalam lomba tersebut lebih memilih batik Jepara
untuk dikenakan anaknya. Dengan corak bunga berwarna-warni dan dominan dasar
hitam, anaknya tampak percaya diri berlenggak-lenggok di atas panggung. Dia menuturkan, lebih memilih batik
Jepara di karenakan asalnya dari Jepara.
“Setiap daerah mempunya corak batik. Kali ini saya
memilih batik Jepara untuk dikenakan,” tambahnya.
M. Hilmi Maulana ketua panitia kegiatan menuturkan, kegiatan Model Busana Batik diikuti 10 peserta yang terbagi
dalam dua kategori. Kategori A untuk anak-anak dan kategori B untuk umum.
Dia menjelaskan, kegiatan ini pertama kali di Fakultas
Hukum UMK. Selain masih belajar, pemilihan waktu yang tidak di hari libur cukup
mempengaruhi jumlah peserta yang ikut.
“Kendala kami salah menentukan hari. Seharusnya di hari
libur, tapi tidak apa-apa, peserta yang mengikuti terlihat antusias,” ungkap
Hilmi yang duduk di semester enam Fakultas Hukum UMK.
Dia berharap, kegiatan ini dapat memperkenalkan batik secara
luas terutama kepada anak-anak. “Karena batik adalah budaya kita, jadi perlu dilestarikan. Satu di antaranya memperkenalkan batik sejak dini kepada anak-anak,”
tambahnya.