Nawawi menunjukkan tempat kerjanya pembuatan pakaian jadi. Foto Rabu Sipan. |
Nawawi , begitu dia biasa disapa, menceritakan, usahanya ini awalnya dia kerjakan sendiri. Setelah pakaian jadi yang dia buat diminati di pasaran, dia pun memutuskan untuk mengambil tenaga penjahit dengan memberdayakan tetangganya.
“Dengan memberdayakan beberapa ibu rumah tangga, aku berharap itu jadi pekerjaan sambilan dan hasilnya bisa buat tambah-tambah penghasilan untuk membantu kebutuhan keluarga,” kata Nawawi yang tercatat sebagai pengurus Pemuda Ansor Kecamatan Gebog, kepada Seputarkudus.com.
Dia menjelaskan, pekerjaan menjahit pakaian itu dikerjakan ibu-ibu tetangganya di rumah masing-masing. Dan upahnya dihitung secara borong. Biasanya mereka bisa menerima antara Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta per bulan, tergantung banyak atau sedikitnya pakaian yang mereka buat.
Saat ini ada empat tetangganya yang membantu mengerjakan pesanan. Mereka biasanya mengambil bahan lalu dikerjakan di rumanya. “Untuk finishing-nya aku memperjakan anak-anak sekolah. Lumayan lah buat bantu-bantu mereka bayar sekolah dan buat uang saku,” ujar Nawawi yang telah melepas masa lajangnya beberapa pekan lalu.
Sekarang ini ada tiga orang anak yang membantunya melakukan finishing pembuatan baju. Mereka datang ke rumahnya untuk memasang kancing, membuat lubang kancing, dan lain sebagainya.
Nawawi menambahkan, konveksinya itu saat ini hanya membuat baju seragam sekolah. Pesanan tidak hanya dari Kudus, tapi juga sejumlah daerah di luar Jawa. “Sekarang ini pesanan selain dari Kudus juga datang dari Semarang, serta sejumlah daerah di luar Jawa” kata Nawawi, seraya berharap usahanya ini terus berkembang dan maju sehingga bisa memberdayakan lebih banyak tetangganya.