SEPUTAR KUDUS - Soekarno, Gus Dur, SBY (foto-foto istimewa) |
Rajah Kalacakra |
Dalam sejarah yang berkembang di masyarakat, presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno pernah datang berkunjung ke Kudus. Dia sempat mengunjungi Masjid Al-Aqsha di komplek Menara Kudus, untuk melakukan salat. Namun, tidak ada data otentik terkait kedatangan Sang Proklamator ini ke Kota Kretek. Baik tahun kedatangannya, maupun tujuannya datang ke Kudus.
Namun, sebagian masyarakat di Kudus percaya, lengsernya Presiden Soekarno dari kursi kepresidenan ada sangkut-pautnya dengan dengan kedatangannya di Kudus. Soekarno dikudeta secara terselubung oleh Presiden ke-2, Soeharto, melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar).
Sedagangkan presiden selanjutnya yang datang berkunjung ke Kudus, yakni Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur. Cucu pendiri NU itu datang ke Kudus, sekitar tahun 2002. Dia datang untuk mengunjungi KH Sya'roni Ahmadi, di kediamannya. Tak lama setelah kedatangannya ke Kudus, Gus Dur dilengserkan melalui Sidang Istimewa yang dimotori kelompok Poros Tengah yang juga mendorongnya menjadi presiden. Dia digantikan wakilnya, Megawati Soekarno Putri.
Bagaiamana dengan kedatangan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang datang berkunjung ke Kudus pada Kamis (13/3/2014)? Karena mitos rajah Kalacakra ataupun tidak, Presiden SBY memang akan segera lengser dari tampuk kekuasaannya. Karena pada tahun 2014, masa jabatannya sebagai presiden akan berakhir. Dan dia tak bisa mencalonkan kembali dalam Pilpres 2014, karena telah menjabat selama dua periode, yakni 2004-2009 dan 2009-2014.
Lalu, apakah SBY sengaja berkunjung ke Kudus pada akhir jabatannya, karena percaya pada mitos yang berkembang di kalangan masyarakat Kudus? Tentu kita tidak tahu pasti. Namun faktanya, SBY tidak pernah berani datang ke Kudus pada periode pertama kepemimpinannya, dan periode kedua, sebelum tahun terakhir dia memimpin.
SBY pernah melakukan kunjungan di sebuah daerah di jalur Pantura, dan menempuh jalur darat. Mestinya, rombongan SBY harus melintasi Kudus karena menjadi jalur utama. SBY memilih jalur alternatif, agar tidak masuk ke wilayah Kudus.
Sekali lagi, mitos rajah Kalacakra milik Sunan Kudus yang masih dipercayai sebagian masyarakat, boleh dipercayai, boleh juga tidak. Beberapa hal yang kemudian terjadi dan menjadi sejarah, bisa jadi benar sebagai bukti, dan bisa juga terjadi karena kebetulan. Namun, jika mitos tersebut terbukti benar, bagaimana jika kelak ada presiden yang datang dari Kudus? Apakah dia berani pulang ke kampung halaman saat menjabat, atau justru tidak berani pulang? Meminjam istilah dari almarhum Gus Dur, biar sejarah yang akan menjawabnya. (Mase Adi Wibowo)