Latest News

Fenomena Media Sosial Saat Banjir dan Longsor di Kabupaten Kudus

SEPUTAR KUDUS - Ilustrasi
SEPUTAR KUDUS-Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Kudus pada Januari 2014 menjadi isu yang besar. Tidak hanya menyita perhatian masyarakat Jawa Tengah, namun juga mengundang para jurnalis media nasional untuk memberitakannya. Sehingga, berita bencana yang menelan sejumlah korban jiwa ini menyebar luas ke masyarakat secara nasional.

Besarnya nilai isu bencana yang terjadi di Kabupaten Kudus, membuat masyarakat selalu ingin mengetahui perkembangan yang terjadi. Banyak sebagian masyarakat yang memiliki akses internet, memilih update informasi melalui jejaring sosial atau media sosial (social media/socmed). Baik itu melalui Facebook, Twitter, atau media sosial lain berbasis smartphone misalnya BBM Messanger, Whatsup Messanger, dan sebagainya.

Update informasi bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kudus melalui sosial media tersebut begitu cepat. Para admin menginformasikan situasi yang terjadi saat itu juga, baik melalui tulisan maupun gambar. Bahkan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sangat aktif menjawab pertanyaan dan dari follower di akun Twitter miliknya (@ganjarpranowo). Dia juga menginformasikan banyak hal tentang bencana yang terjadi di Kabupaten Kudus melalui akunnya tersebut.

Sejumlah akun media sosial Twitter yang sangat aktif saat terjadinya banjir dan tanah longsor  di Kabupaten Kudus di antaranya, @sekitarKudus dan @seputarkds. Sedangkan  akun media sosial Facebook yang sangat aktif dalam menginformasikan bancana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kudus tahun 2014 ini, di antaranya fun page Info Seputar Kudus dan Seputar Kudus.

Beberapa akun media sosial tersebut, tidak hanya mengandalkan para kontributor, tapi juga mengunggah ulang informasi yang diposting ke akun tersebut, dari masyarakat pengguna jejaring sosial.

Posting Membuat Heboh

Keberadaan sejumlah akun media sosial tersebut saat bencana bajir dan tanah longsor di Kabupaten Kudus tersebut sangat membantu masyarakat yang ingin tahu perkembangan yang terjadi. Namun, sayangnya ada sejumlah informasi, baik berupa posting tulisan maupun gambar yang tidak akurat. Tidak hanya merugikan masyarakat yang membacanya, tapi membuat masyarakat resah.

Misalnya posting yang menyebar pada hari ini, Kamis (23/1/2014). Ada sebuah posting di media sosial yang menyebutkan debit air di Waduk Kedungombo di Grobogan di atas ambang batas, dan pintu waduk akan segera dibuka. Informasi tersebut kemudia menyebar melalui broadcast BBM Messanger, tidak hanya di kalangan masyarakat Kudus, namun juga menyebar ke daerah lain.

Info tersebut sempat menghebohkan masyarakat. Karena, jika pintu Waduk Kedungombo dibuka dan dialirkan ke wilayah Kudus, memungkinkan tanggul di sepanjang Kecamatan Undaan jebol. Hal itu pernah terjadi pada Desember 2007 dan Januari 2008. Saat itu, puluhan ribu masyarakat dari beberapa desa di Kecamatan Undaan diungsikan.

Dalam hal ini, masyarakat harus cerdas memilah dan memilih informasi. Karena tidak semua informasi yang beredar, tak terkecuali media sosial yang kerap memposting berita tanpa sumber, bisa ditelan mentah-mentah. Masyarakat perlu memberi umpan balik informasi tersebut, bagaimana akurasi informasi itu, dari mana sumber akurasi itu, apakah diinformasikan melalui check dan recheck, atau informasi tersebut hanya fake atau hoax belaka.

Dalam prinsip jurnalisme, konfirmasi narasumber yang berwenang, chek dan recheck data, serta akurasi data merupakan hal yang sangat penting. Bahkan, beberapa syarat tersebut menjadi yang utama sebelum informasi atau berita disiarkan ke publik. (Suwoko)