Latest News

Kisah Pilu Para Buruh Rokok Jambu Bol Kudus

SEPUTAR KUDUS - Buruh Rokok Jambu Bol Sutarmi
SEPUTAR KUDUS - Nasib ribuan buruh rokok Jambu Bol berada dalam ketidak pastian, selama itu pula mereka meratapi kepiluan. Semenjak tahun 2007 silam buruh yang menggantungkan hidup dari mengolah tembakau dan cengkeh tersebut tidak lagi bisa bekerja. Apakah benar alasannya perusahaan mengalami kebangkrutan dan tidak bisa melanjutkan proses produksi, mereka tidak pernah tahu pasti.

Tiga tahun sudah buruh mengharapkan jawaban pasti akan nasib mereka, namun yang mereka dapatkan hanyalah janji-janji kosong perusahaan. Berbagai langkah mereka tempuh, antara lain melakukan aksi, mengadu ke DPRD, mengadu ke Bupati, namun hingga sekarang tidak ada titik terang. Mereka telah jenuh dan letih, tidak tahu lagi harus kemana lagi harus mengadukan nasib mereka selain kepada Tuhan.

Salah satu buruh Jambu Bol yang merasa hidup dalam kepiluan tersebut yakni Sutarmi. Perempuan berumur 51 tahun yang tinggal di Desa Gondangmanis RT 4 RW 8, Kecamatan Bae, merasa nasibnya sangat dipermainkan. Karena pengabdiannya selama 32 tahun di perusahaan tersebut tidak dihargai. Dulu dengan penghasilan bekerja sebagai tukang bathil dia bisa menghidupi keluarga dan anak-anaknya. Sekarang dia hanya bisa menggantungkan hidup dari para tetangga yang membutuhkan tenaga rentanya itu. Meskipun tak sekuat ketika masih muda dulu, sekarang Ia harus rela bekerja di sawah sebagai buruh tani dan terkadang menjadi buruh cuci piring.

Dengan penghasilan yang tak seberapa bekerja sebagai kuli serabutan tersebut, dia harus memberi makan anak-anaknya dan menyekolahkannya. Untungnya dia mempunyai satu anak yang sekarang sudah bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan. Namun dia harus mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan anak ke tiganya, Sapuan, yang tahun ini lulus dari bangku SMP karena saat ini Ia juga menanggung beban pendidikan Milan yang sekarang duduk di kelas 2 Sekolah Dasar.

Satu tahun lalu bahkan rumah yang dia tinggali hampir rubuh. Rumah kecil yang hanya terbuat dari kayu dan bambu itu tidak mampu melawan usia. Namun simpati dari tetangga dan Pemerintah Desa Gondangmanis membuatnya tersenyum lega. Pemerintah Desa memberinya dana untuk membeli material yang Ia butuhkan untuk merehap kembali rumahnya, sedangkan para tetangga dengan penuh keikhlasan bersedia sambatan untuk memberikan tenaganya.

Sekarang harapan satu-satunya adalah gaji dan pesangon dari Jambu Bol untuk meringankan beban hidupnya. Jika Tuhan mengabulkan hak-haknya bisa diterima, dia akan membeli kambing untuk dipelihara.

SEPUTAR KUDUS - Ngatini
Kisah pilu lainnya datang dari Ngatini, perempuan berumur 50 tahun yang tinggal tak jauh dari rumah Sutarmi itu nasibnya tak jauh beda. Selain menjadi buruh tani seperti yang dilakukan Sutarmi, terkadang Ia juga mengumpulkan kertas bekas untuk kemudian dijual ke pengepul. Satu kilogram kertas tersebut dihargai Rp 100, tak pasti seminggu ia dapat mengumpulkan 10 kilogram karena tidak mudah untuk mencari kertas untuk Ia jual.

Beberapa minggu yang lalu dia baru saja mendapatkan pinjaman modal dari saudaranya sebesar Rp 100 ribu. Uang tersebut Ia belikan jajanan anak-anak untuk dijualnya kembali di teras rumahnya yang berukuran tak lebih dari 1 meter. Usahanya tersebut sedikit membantu untuk menghidupi Ibu dan kakaknya yang sama-sama renta. Di rumah berukuran 4x6 meter tersebut Ia tinggal bertiga bersama mereka, dan ketiganya sudah menjanda.

Ia sangat berharap usaha yang Ia lakukan dengan kawan-kawan buruhnya bisa menuai keberhasilan. Ia tak tahu tentang aksi, Ia pun tak tahu tentang proses hukum, karena Ia tak pernah mengenyam pendidikan sekalipun, yang Ia tahu hanyalah setiap hak dan kewajiban harus dibayarkan. (Suwoko)

Dokumen tahun 2011.