Latest News

Kirab Bwee Gee Warga Tionghoa di Kabupaten Kudus Berlangsung Meriah

Sejumlah masyarakat Tionghoa di kabupaten Kudus mengikuti kirab Bwee Gee di Kabupaten Kudus, pada tahun 2011.
KUDUS-Kirab merupakan hal yang sering dilakukan masyarakat Indonesia dalam sebuah perayaan hari-hari tertentu. Termasuk masyarakat Tiong Hoa di Kudus, yang merayakan Bwee Gee untuk menyambut hari raya Imlek, dengan melakukan kirab, Minggu (8/1) kemarin.

Kirab yang diselenggarakan salah satu Klenteng tertua di Kudus itu, yakni Klenteng Hok Hien Bio di Jalan A Yani, berlangsung sangat meriah. Kirab dimulai dari klenteng, hingga Alun-Alun Simpang Tujuh, dengan mengusung patung Dewa Bumi. Menurut Ketua Yayasan Hok Hien Bio, Liong Kuo Tjan, acara Bwee Gee merupakan perayaan sebelum tahun baru imlek.

"Ini sebagai bentuk rasa terima kasih kami kepada Dewa Bumi. Kami mengarak patung Dewa Bumi, sebagai simbol kesejahteraan," kata Liong, saat ditemui di sela-sela acara kirab, kemarin.

Liong menjelaskan, untuk menunjukkan rasa berterima kasih mereka kepada Dewa Bumi, ada tiga hal yang harus menjadi persyaratan, yakni memberikan persembahan atau sesaji. Sesaji diberikan dalam bentuk tiga hal, yakni buah, ikan dan berbagai jenis manisan.

Menurut Liong, kirab yang diselenggarakan kemarin, tidak hanya diikuti oleh masyarakat Kudus saja, namun juga diikuti oleh perwakilan klenteng dari berbagai daerah. Di antaranya, Semarang, Jepara, Yogyakarta, Surabaya, Magelang, dan salah satu klenteng yang ada di Manado. Masing-masing dari mereka, membawa bendera dan berbagai ornamen lain dari masing-masing klenteng, dan tak ketinggalan patung Dewa Bumi.

"Perayaan Bwee Gee ini biasa kami lakukan, dua minggu menjelang hari raya Imlek," tutur Liong.

Sementara, masyarakat Kudus lainnya, tampak antusias melihat pelaksanaan kirab yang dilaksanakan siang kemarin. Mereka berkerumun di sepanjang jalan yang digunakan untuk mengarak patung Dewa Bumi.

Berkat Gus Dur

Menurut Liong, perayaan Bwee Gee di Kudus kemarin, merupakan kali kelima semenjak masa Reformasi. Hal itu tak lepas dari jasa besar Presiden Indonesia keempat, Abdurahman Wahid, atau lebih dikenal masyarakat sebagai Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur sangat berjasa besar bagi masyarakat Tiong Hoa, yang mengijinkan perayaan bernuansa China di Indonesia.

"Bagi kami, Gus Dur adalah pahlawan. Berkat beliaulah, kami dapat melakukan perayaan-perayaan secara terbuka di tengah-tengah masyarakat. Beliau telah mengembalikan pluralitas bangsa Indonesia, yang sejak puluhan tahun dihilangkan oleh pemerintahan Orde Baru," tutur Liong.

Liong Berharap, tidak akan ada lagi sekat antara masyarakat Tiong Hoa keturunan dengan masyarakat yang lainnya. Masayarakat Tiong Hoa di Kudus selama ini telah berusaha membaur dengan warga masyarakat lainnya, dengan melibatkan diri dalam proses interaksi sosial. (Suwoko)