Latest News

Kopi Jetak Mbah Atun, Nikmatnya Hmm...


KALIWUNGU-Kudus memang terkenal dengan jenang dan sotonya, tapi bagi penikmat kopi pasti kenal dengan Kopi Jetak. Disebut Kopi Jetak karena kopi tersebut dibuat di Desa Jetak, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Salah satu warung yang khusus menyediakan minuman berwarna hitam pekat tersebut adalah warung milik Mbah Atun.

Warung yang terletak di Desa Jetak RT 5, RW 4 tersebut tak tampak kesan mewah. Hanya terdapat tiga buah meja yang dan beberapa kursi panjang. Hidangan yang disediakannya pun tak tampak meriah, warung Mbah Atun sangat dikenal para penggila kopu. Hanya ada nasi kering berbungkus daun pisang dan pisang goreng sebagai pelengkap.

Warung Mabh Atun hanya buka pada pukul 07.30 hingga pukul 13.00, setiap harinya. Hari-hari warung itu penuh sesak oleh penikmat kopi yang datang. Tak hanya orang-orang sepuh yang datang, namun juga para remaja yang ketagihan akan nikmatnya kopi racikan tangat Mbah Atun.

Kopi yang dibuat Mbah Atun menurut pengunjung yang datang sangatlah nikmat. Di samping rasanya yang begitu "nendang", Kopi Jetak tersebut juga sangat pas jika dinikmati dengan pisang goreng atau nasi kering.
Hal itu diungkapkan Charis (25) warga Jetak yang mengaku menjadi pelanggan sejak lama. Guru di sebuah sekolah MI di kampungnya itu mengungkapkan, hampir setiap pagi dirinya datang ke warung berukuran kecil milik Mbah Atun hanya untuk bisa menyeruput kopi panas buatan Mbah Atun.

"Kopi Jetak memang banyak, di desa ini puluhan warga memproduksi kopi. Namun buat saya kopi Warung Mbah Atun tetap beda dengan yng lain. Rasa kopinya mantab, komposisinya juga pas" paparnya.

Menurut Mbah Atun, warung miliknya telah ada sebelum dirinya lahir 80 tahun yang lalu. Warung tersebut merupakan warisan dari orang tuanya yang telah ada sejak puluhan tahun silam. Di warungnya itu, kopi disuguhkan melalui proses yang panjang. Mulai dari menjemur kopi yang sebelumnya dibeli dari Gembong, Pati, menggilingnya hingga beberapa kali, dan dimasak di atas bara api dari kayu bakar.

"Semua proses itu saya sendiri yang melakukan. Membuat sajian kopi tidak bisa sembarangan. Butuh kesabaran dan perasaan," tuturnya.

Perempuan renta itu menjelaskan, kopi yang dibuat tidak mencampurkan bahan tambahan apapun, misalnya ampas kelapa atau jagung. Menurutnya kopi bisa nikmat rasanya jika prosesnya dilakukan secara teliti dan dengan bahan berkualitas tinggi. Dimasak dengan menggunakan kayu bakar dalam suhu yang terukur, dan menggunakan komposisi yang pas antara gula dan kopinya.

Dalam sehari warung tersebut menghabiskan 10 kilogram bubuk kopi dan 7 kilogram gula pasir. Untuk memasaknya, Mbah Atun membutuhkan 20 kilogram kayu bakar. Secangkir kopi kecil yang dibuat hanya dibanderol Rp 1.500. Sedangkan satu cangkir  berukuran sedang para penikmat kopi hanya cukup membayar seharga Rp 2.500.

Mbah Atun menjamin, kopinya tidak menyebabkan penyakit lambung bagi pelanggannya. Karena setiap kopi yang disuguhkan didampingi segelas air putih untuk menetralisir lambung sebelum minum kopi. Serta disediakan pisang goreng untuk menjaga lambung agar tidak terlalu asam. (Suwoko)