SEPUTAR KUDUS - Pasar Bantaran Sungai Kaligelis |
SEPUTAR KUDUS - Pasar ini memang bukan pasar biasa di Kudus. Berada di jantung kota terletak 1 kilometer dari alun-alun simpang tujuh dan berdiri di antara mall dan swalayan modern, pasar ini tetap tak kalah ramai. Mungnkin karena letaknya yang berada tepat di pinggiran Kaligelis, orang-orang kemudian menyebutnya Pasar Bantaran Kaligelis. Namun ada pula sebagian masyarakat yang menyebutnya Pasar Barito dan Pasar Loak. Pasar ini buka setiap hari jam 08.00 sampai jam 13.00 dan ramai oleh orang-orang yang berburu barang bekas. Mulai dari onderdil motor, barang elektronik, pakaian, hand phone, batu akik hingga uang kuno zaman VOC semuanya ada di sana.
Pasar yang hanya beratap seng ini awalnya adalah para Pedagang Kali Lima (PKL) yang menggelar dagangannya di sekitar Jl. Sunan Kudus tempat makam Sunan Kudus. Pada tahun 2001 mereka dipindahkan ke bantaran Kailgelis yang tak jauh dari makam dengan alasan mengganggu lalu lintas dan peziarah. Namun pemindahan tersebut justru memberikan keuntungan bagi para pedagang karena mereka mendapat tempat yang tetap dan tak harus membawa pulang dagangan, dan yang lebih penting lagi pembeli semakin ramai.
Tak hanya dari Kudus saja, para pembeli juga datang dari Jepara, Pati, Demak, bahkan Semarang. Salah satu pedagang Aris (27) mengungkapkan para pembeli biasanya mencari barang original yang sulit ditemukan di toko. “Banyak orang yang sudah kemana-mana tidak menemukan onderdil yang dicari, mereka menemukannya di tempat ini” kata Pria yang membuka lapak onderdil bekas sepeda motor tersebut. Di lapak yang berukuran 1 x 1,5 meter tersebut Aris menunjukkan beberapa mur dan baut yang sudah terlihat usang. “Ini barang istimewa mas, kalau beruntung saya bisa dapat untung besar” ungkapnya sambil tertawa.
Tak jauh dari lapak Aris, Agus Wahyu (25) seorang pembeli terlihat memilah-milah komponen otomotif. “Saya sedang mencari barang saja mas, siapa tahu bisa menemukan barang bagus” katanya. Menurutnya banyak yang datang ke pasar ini untuk mencari barang kemudian dijualnya lagi. Pria berambut gondrong tersebut sering mencari komponen dan aksesoris Vespa untuk dijual jika ada pameran Vespa di luar kota. Menurutnya pembeli harus memahami dan jeli mana yang bagus, jika pedagangnya tidak tahu biasanya dilepas dengan harga murah. “Yang penting harus pandai menawar” Pungkasnya.
Pasar Bantaran Kaligelis terbagi menjadi dua blok , sebelah utara masuk Desa Langgar Dalem dan di sebelah selatan masuk Desa Demaan. Jumlah pedagang di masing-masing blok ada sekitar 100 pedagang yang dipimpin oleh seorang Ketua Paguyuban dan masa jabatan tersebut berlaku selama empat tahun. Saat Warta Jateng menemui Ali Nur Fais (50) di lapak dagangannya beberapa waktu lalu Ia menuturkan pasar ini merupakan berkah bagi para pedagang kecil seperti mereka. “Kami bersyukur dikasih tempat disini, kami tidak kehujanan lagi seperti tujuh tahun yang lalu” ujar pria yang punya dagangan dompet dan ikat pinggang tersebut. Saat ditanya dari mana para pedagang mendapat stok dagangan, Ia menjawab rata-rata ada yang menyediakan. “Onderdil bekas dapat dari bengkel-bengkel besar, kalau pakaian itu import mas” ungkapnya.
Ali mengatakan para pedagang sangat tertib, baik masalah retribusi maupun koordinasi. Paguyuban yang Ia pimpin biasanya melakukan pertemuan setengah tahun sekali dan saat ada masalah muncul. Ia menceritakan “dulu pernah ada persoalan kemacetan di depan pasar, setelah paguyuban berkumpul didapat solusi untuk membentuk petugas parkir”. Dia mengatas namakan pedagang berharap agar pasar ini dapat terus eksis, agar mereka dapat terus mencari nafkah di sana. Saat selesai liputan dari jauh terdengar suara “Jangan digusur ya mas”.