SEPUTARKUDUS.COM, LANGGAR DALEM - Di tepi Jalan Menara, Desa
Langgar Dalem, Kecamatan Kota, Kudus, tepatnya di sebelah selatan Perempatan Sucen, tampak sebuah gerobak tanpa roda. Di dalam gerobak terlihat ratusan
ayam goreng crispy siap jual. Di samping gerobak tampak seorang pria memakai
kaus motif belang sedang duduk menunggu pembeli. Pria tersebut bernama Wahyu
Mujahid (30) penjual ayam goreng crispy asal Purworejo.
Wahyu, penjual ayam groeng crispy melayani pembeli di depan gerobak miliknya. Foto: Rabu Sipan |
Sambil menunggu
pembeli, pria yang akrab disapa Wahyu tersebut sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan pertama hijrah ke Kudus sekitar tahun 1995. Saat itu dirinya diajak Hj Qomariyah Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Putri Asy’ ariyah.
Pada Saat itu dia mengaku berusia sekitar 10 tahun, duduk di kelas lima Sekolah Dasar yang ada di Purworejo. Namun sesampainya di Kudus dan dimasukan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) Qudsiyyah dia diturunkan menjadi kelas dua.
Pada Saat itu dia mengaku berusia sekitar 10 tahun, duduk di kelas lima Sekolah Dasar yang ada di Purworejo. Namun sesampainya di Kudus dan dimasukan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) Qudsiyyah dia diturunkan menjadi kelas dua.
“Selama di Kudus semua kebutuhanku, dari makan, pakaian,
pendidikan semua ditanggung oleh bu Qomariah Hasan atau aku biasa memanggil
beliau dengan sebutan Bu Nyai. Aku juga sudah dianggap sebagai anggota keluarga
beliau. Meski sekarang aku sudah berkeluarga dan memiliki usaha aku tetap meluangkan waktu saat
diperintah oleh Bu Nyai atau keluarga beliau,” ujarnya.
Pria yang menikah dengan perempuan warga Desa Langgar Dalem,
Kota, itu mengatakan, selama ikut Bu Nyai dia mengaku pernah beberapa kali
dimintai untuk mengelola usaha. Dia mengisahkan pada
tahun 2001 keluarga Bu Nyai mendirikan Wartel. Dia dimeminta untuk mengelola Wartel tersebut sebagai kegiatan sepulang dia dari
sekolah.
Dirinya menjaga Wartel milik Bu nyai itu selama
tujuh tahun. Pada tahun 2008 usaha tersebut ditutup karena jarang
pengunjung. Menurutnya sejak banyak orang memiliki handphone, usaha Wartel
banyak yang tutup termasuk milik Bu Nyai.
“Sejak Wartel ditutup aku menjadi pengangguran, karena pada
tahun tersebut aku juga sudah lulus sekolah Madrasah Aliyyah (MA). Karena
melihatku nganggur dan tak punya penghasilan lalu Bu Nyai mengangkatku menjadi
sopir pribadi,” ujarnya.
Saat menjadi sopir pribadi tersebutlah awal aku menemukan
resep membuat ayam goreng crispy. Dia menceritakan saat itu dia mengantarkan Bu
Nyai ke rumah kerabatnya yang berada di Bogor. Dan kebetulan di depan rumah
tersebut ada pedagang ayam goreng crispy yang sangat laris. Karena tertarik
ingin mendirikan usaha sama di Kudus, dia minta resep pedagang tersebut.
Pria yang sudah dikaruniai satu anak tersebut mengatakan,
pedagang tersebut tidak hanya memberi resep saja tetapi juga mengajarinya
hingga berhasil membuat ayam goreng crispy tersebut. Sesampai di Kudus dia
mengaku minta ijin kepada Bu Nyai untuk berjualan. “Dan Bu
Nyai mengizinkan, bahkan menawariku modal,” ujarnya
Dia mengatakan pada tahun 2009 dia mulai berjualan ayam
goreng dengan modal Rp 1,4 juta. Menurutnya daganganya tersebut
lumayan laris bahkan sejak berjualan ayam goreng crispy tersebut dia mampu
membeli tiga motor, menyekolahkan dua adiknya yang ada di Purworejo, serta bisa
buat biaya menikah. Saat ini, dari hasil usaha tersebut dia mampu menghidupi
keluarga kecilnya.
“Meski aku sudah memiliki usaha sendiri, aku juga masih
mengurusi usaha depo isi ulang air minum milik Bu Nyai. Dan aku juga selalu
siap jika diperintah atau dimintai tolong sebagai sopir untuk mengantar Bu Nyai
dan keluarga ke suatu tempat. Karena Menurutku dari ridho dan doanya bu Nyai
daganganku selalu laris, dan berkah hasilnya” ujarnya.