Sujak sedang mengupas buah untuk dibuat rujak di Jalan KHR Asnawi, Kudus. Foto: Ahmad Rosyidi |
Saat menunggu pembeli di tepi jalan itu, Sujak sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com, tentang pekerjaan yang baru saja dijalaninya itu. Dia mengatakan berjualan rujak karena sedang tidak memiliki pekerjaan. Dia sebenarnya biasa menjual rambutan, namun saat ini belum memasuki musim panen.
“Pekerjaan menjual rujak ini sementara, sambil menunggu musim rambutan. Ketebulan anak saya punya usaha penjualan rujak, tapi saat ini dia kerja bangunan,” ungkap pria enam anak itu.
Sujak mengungkapkan lebih senang berjualan rambutan, karena untungnya lebih banyak. Tetapi pekerjaan itu hanya bisa dia lakukan saat musim rambutan saja. Saat musimnya dia membeli rambutan di Desa Lebuawu, Pecangaan, Jepara, kemudian dia jual lagi ke Semarang.
Sambil memasukkan bumbu rujak ke dalam plastik, Sujak merinci tujuh jenis buah-buahan rujaknya yang dia beli di Pasar Mayong. Ada nanas, timun, papaya, dondong, melon, bengkoang, mangga, dan pir. Dia biasanya menjual rujak jambu air, namun saat ini susah dicari.
Dia mulai berjualan di samping pintu masuk pabrik Polytron pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Tiap bungkus rujaknya dia jual seharga Rp 6 ribu. Tetapi saat ada pembeli yang menginginkan buah tertentu dia jual seharga Rp 7 ribu per bungkus. Sujak bisa menjual rujaknya per hari sekitar 30 hingga 35 bungkus, dan mendapat keuntungan sekitar Rp 50 ribu.
“Gerobak saya titipkan dan saya pulang naik motor. Per hari paling laku sekitar 30 higga 35 bungkus, kemudian sisanya saya bawa pulang untuk saya jual lagi besok,” jelas warga Mayong, Jepara itu.