SEPUTARKUDUS.COM, PANJUNAN - Di tepi selatan Jalan Pemuda, tepatnya di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, terlihat seorang pria tua
mengenakan kupluk merah mengisi gas ke dalam korek api. Pria tersebut bernama
Safari (67), pengisi ulang korek api gas. Meski sekarang sudah sedikit orang mengisi ulang korek gas, Safari bersyukur bisa tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Safari sedang mengisi ulang korek api gas di Jalan Pemuda, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Kota, Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Di sela aktivitasnya, Safari sudi berbagi kisah
tentang pekerjaanya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan, mulai menekuni pekerjaanya sebagai pengisi ulang korek api gas sekitar tiga tahun lalu. Di
usia senjanya Safari mengaku harus tetap menekuni usahanya tersebut, meski
terkadang hasilnya tidak cukup untuk menghidupi istri, cucu dan mertuanya.
“Di usia uzurku aku harus menjadi tulang punggung keluargaku
karena anak tunggalku sudah meninggal. Aku pun bekerja sesuai kemampuanku
sebagai pengisi ulang korek gas. Meski jika sepi pelanggan, aku harus mencari utangan agar keluargaku bisa makan dan memberi uang saku sekolah pada cucuku,”
kata Safari.
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Pasuruan Lor,
Kecamatan Kaliwungu, itu mengatakan, setiap pengisian ulang korek gas dia
kenakan tarif Rp 1.000 per korek. Menurutnya upah tersebut sudah termasuk jika
korek para pelanggan ada yang rusak ataupun perlu ada yang diganti. Misalnya mengganti batu
korek, roda pemantik api dan lain sebagainya.
“Harga Rp 1.000 seribu itu
pelanggan sudah terima jadi. Pokoknya korek pelanggan yang dibawa padaku dalam
keadaan rusak dan kosong gas, langsung aku ganti dengan korek gas normal yang
bisa mengeluarkan api,” ujar pria yang mengaku tidak pernah sekolah tersebut.
Menurutnya, saat ramai pelanggan dia bisa menghabiskan dua botol gas. Kata dia, dua botol gas tersebut bisa untuk mengisi sekitar 80 korek api
gas dan dari semua pengisian tersebut dia mengaku mendapatkan uang Rp 80 ribu.
Namun jumlah uang tersebut belum dipotong modal sebesar Rp 50 ribu,
harga dari dua botol gas dan batu korek.
“Saat ramai pelanggan aku bisa mendapatkan penghasilan
bersih sekitar Rp 30 ribu sehari. Tapi saat sepi atau pas lagi turun hujan aku paling
hanya bisa mendapatkan pengahasilan bersih sekitar Rp 10 ribu sehari,” ujarnya.
Pria buta huruf tersebut mengatakan, saat sepi pelanggan dan
hanya mendapatkan penghasilan sedikit terjadi beberapa hari, dia mengaku kelimpungan. Karena uang tersebut hanya
cukup untuk uang saku cucunya. Sedangkan untuk kebutuhan makan keluarganya,
istrinya harus mengutang di toko.
“Karena ragaku yang sudah renta dan tidak memungkinkan untuk
kerja yang mengandalkan tenaga, aku berharap usaha kecilku sebagai pengisi gas
korek api selalu ramai pelanggan. Supaya aku bisa mencukupi kebutuhan
keluargaku dan kelak bisa menyekolahkan cucuku setinggi – tingginya, agar tak
bernasib seperti diriku yang buta huruf,” harap Safari.