SEPUTARKUDUS, LANGGAR DALEM - Seorang pria tampak sedang
memasukan martabak telur puyuh ke dalam kantong plastik di Jalan Menara Desa Langgar Dalem, Kecamatan Kota. Seorang pembeli berdiri di depannya menunggu pesanan. Di sebelah pria tersebut
terlihat seorang perempuan berjilbab sedang sibuk memasukan telur puyuh ke
dalam penggorengan. Perempuan tersebut bernama Selamet Siti
Yuana (32), penjual martabak telur puyuh di sebelah utara Masjid Menara Kudus.
Yuana sedang membuat martabak telur puyuh pesanan pembeli, tak jauh dari Masjid Menara Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Kepada Seputarkudus.com, perempuan yang akrab disapa
Yuana itu sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan mulai
berjualan martabak telur puyuh sejak tujuh tahun silam, tepatnya pada tahun
2009. Sebelum berjualan martabak telur puyuh dia mengaku
hanya menjadi ibu rumah tangga.
“Aku dulunya menganggur dan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Namun sejak melihat ramainya pembeli martabak telur puyuh yang dijual
orang Bandung di depan sekolah Banat, aku tertarik untuk menjual
dagangan serupa di rumah. Selain mudah dan modalnya kecil, jajanan ini mampu menarik siswa untuk membeli,” ujarnya.
Dia mengaku bersyukur dengan hasil berjualan maratabak telur puyuh tersebut. Dulu awalnya sekadar untuk mambantu suami. Kini justru hasilnya bisa buat memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan suaminya sekarang ikut membantu berjualan. "Semoga saja ke depanya berjualanku selalu lancar,” Harap Yuana.
Dia mengaku bersyukur dengan hasil berjualan maratabak telur puyuh tersebut. Dulu awalnya sekadar untuk mambantu suami. Kini justru hasilnya bisa buat memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan suaminya sekarang ikut membantu berjualan. "Semoga saja ke depanya berjualanku selalu lancar,” Harap Yuana.
Perempuan yang tercatat sebagai Warga Desa Ploso, Kecamatan
Jati, mengatakan, pertama berjualan martabak telur puyuh di depan rumahnya
dengan modal sekitar Rp 100 ribu. Selang setahun berjualan di rumahnya, dia ditawari seseorang untuk berjualan di dekat Masjid Menara.
Selama berjualan di utara Masjid Menara hingga saat ini, daganganya tersebut sangat diminati pembeli. Saat sepi dia mengaku bisa menjual sekitar 350 sampai 400 martabak telur puyuh. Sedangkan saat ramai dia bisa mendapatkan lebih banyak penghasilan dengan mampu menjual sekitar 500 martabak. “Biasanya saat ramai pembeli itu hari Kamis hingga malam Jumat," jelasnya.
Selama berjualan di utara Masjid Menara hingga saat ini, daganganya tersebut sangat diminati pembeli. Saat sepi dia mengaku bisa menjual sekitar 350 sampai 400 martabak telur puyuh. Sedangkan saat ramai dia bisa mendapatkan lebih banyak penghasilan dengan mampu menjual sekitar 500 martabak. “Biasanya saat ramai pembeli itu hari Kamis hingga malam Jumat," jelasnya.
Perempuan yang mengaku sudah dikaruniai dua anak itu
mengatakan, menjual martabak telur puyuh seharga Rp 1.500. Untuk dua martabak dijual seharga Rp
2500. Sehari berjualan mulai pukul 10.00 WIB
sampai 20.00 WIB dia mengaku mendapatkan uang sekitar Rp 550 ribu.
Dia mengatakan, mendapatkan telur puyuh dari peternak
dari Desa Jurang, Kecamatan Dawe. Setiap telur puyuh yang akan dibuat martabak
tinggal sedikit biasanya dia lalu menelepon dan telur puyuh yang dia pesan akan
dikirim ke tempat dia berjualan. Telur puyuh dia beli Rp 95 ribu per kardus, berisi 75 butir.