Latest News

Anak Pekerja Proyek Drainase di Kudus Ini Tak Mau Pisah dengan Ayahnya Sejak Ibunya Meninggal

SEPUTARKUDUS.COM, PLOSO - Di sepanjang Jalan Mayor Basuno, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, terlihat tumpukan material memenuhi separuh badan jalan. Tampak seorang pria bertopi putih sedang membengkokan besi as. Di depan pria tersebut terlihat seorang anak kecil duduk sambil memandangi aktivitasnya. Pria tersebut bernama Kusno (57), tukang bangunan yang setiap kerja terpaksa mengajak anak bungsunya.
proyek jalan dan drainase kudus
Kusno sedang merancang besi untuk konstruksi drainase di Jalan Mayor Basuno, Kudus. Foto; Rabu Sipan


Di sela aktivitas kerjanya, Kusno sudi berbagi kisah tentang hidupnya kepada Seputarkudus.com. dia mengatakan sudah sekitar sebulan bekerja sebagai tukang di proyek pembangunan serta rehabilitasi saluran drainase dan trotoar  Jalan Mayor Basuno. Selama bekerja di proyek tersebut dirinya selalu mengajak anak bungsunya, Muhamad Irfanda (10), karena tidak mau sekolah sejak bundanya meninggal.

“Istriku sudah meninggal sejak setahun yang lalu dan sejak ibunya meninggal, anak bungsuku tidak mau sekolah. Dia tidak mau aku tinggal sendiri di rumah, bahkan aku titipkan di rumah anakku yang lain yang sudah berkeluarga juga tidak mau. Inginnya selalu ikut, bahkan saat aku kerja proyek seperti dia juga ikut,” ujar Kusno.

Warga Kelurahan Panjunan, Kecamatan Kota, itu mengatakan, sebenarnya dia tidak enak hati sama mandornya, karena bekerja sambil mengasuh anak. Namun karena tidak ada pilihan lain, sedangkan dia juga harus tetap bekerja untuk menghasilkan uang sebagai biaya hidup mereka berdua, hal tersebut terpaksa dia lakukan.


Pria yang mengaku kerja proyek sejak umur 20 tahun tersebut mengaku mendapatkan upah Rp 75 ribu sehari sebagai tenaga tukang di proyek tersebut. Dia bekerja mulai kerja dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

“Sebenarnya upah tersebut bisa bertambah menjadi dua kali lipatnya jika aku mau lembur sampai pukul 22.00 WIB. Namun, karena anakku selalu ikut menungguiku saat aku bekerja, aku sering tidak ikut lembur sampai malam,” jelas pria yang megaku tidak pernah sekolah tersebut.

Berdasarkan papan informasi, proyek tersebut merupakan agenda Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang. Anggaran dana pryek tersebut sebesar Rp 3,8 miliar dan harus diselesaikan dalam kurun waktu sekitar dua bulan. Proyek itu dimulai pada 18 Oktober 2016 sampai tanggal 16 Desember 2016.




Menurut Mustain (77), selaku koordinator pekerja di proyek tersebut, tidak mempermasalahkan Kusno yang bekerja sambil mengasuh anaknya tersebut. Namun dia harus tetap bekerja layaknya tukang lainya. Dia mengaku merasa iba dengan keadaan yang dialami Kusno seperti itu. Jika dia tidak diperbolehkan ikut bekerja bagaimana Kusno bisa menghidupi anaknya tersebut.

Pria yang tercatat sebagai Warga Desa Peganjaran, Kecamatan Bae itu mengungkapkan, total semua pekerja yang dia pimpin berjumlah sekitar 70 orang, yang terbagi antara tukang dan helper. 

“Semua pekerja itu aku intruksikan untuk selalu lembur sampai pukul 22.00 WIB, karena selain untuk menambah penghasilan para pekerja, lembur juga untuk mempercepat bangunan agar selesai tepat waktu yang telah ditentukan,” jelas pria yang bekerja di bawah naungan PT Mega Karya Jaya selaku kontraktor di proyek tersebut.