SEPUTARKUDUS.COM, MLATI KIDUL - Seorang pria renta memakai
kaus warna coklat dan bertopi putih tampak mengayuh pedal gerobak yang
dia kendarai di Jalan Patimura tepatnya di Kelurahan Mlati Kidul, Kecamatan
Kota, Kabupaten Kudus. Di balik kaca gerobak, terlihat kaleng susu berwarna coklat, gula, dan sebotol meses. Pria tersebut bernama Supardan (70), penjual kue
leker keliling. Dia tetap berjualan leker karena tak ingin hanya berpangku tangan di usia senjanya.
Setelah beberapa kayuhan pedal gerobaknya berputar, Supardan
menghentikan gerobaknya karena ada seorang wanita membeli leker yang dia
jual. Seusai melayani pembeli, pria yang biasa disapa Supar itu
sudi berbagi kisah tentang usahanya tersebut. Dia mengaku baru sekitar dua
tahun berjualan kue leker setelah setahun menganggur karena diberhentikan dari tempat kerjanya.
“Di sisa umurku, aku tidak ingin hanya berdiam diri. Selagi
diberi kesehatan serta kekuatan aku akan bekerja mencari uang sendiri untuk
menghidupi istriku. Karena aku tidak ingin merepotkan semua anakku
yang sudah berkeluarga,” ujar
Supar kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Pria yang sudah dikaruniai lima anak dan semuanya sudah
berkeluarga tersebut tidak ingin rumah tangga anaknya terjadi masalah karena dirinya. Untuk menghindari hal tersebut, dia
mengaku hanya tinggal berdua bersama istrinya meski letak rumahnya tidak jauh
dari rumah beberapa anaknya.
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Jepang Pakis,
Kecamatan Jati, mengatakan sebelum berjualan leker, dulu dia
bekerja di tempat pembuatan mebel yang di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, selama 10 tahun. Karena raganya
tak lagi muda dia harus menerima kebijakan perusahan yang memberhentikanya
bekerja dengan pesangon Rp 10 juta.
“Setelah berhenti bekerja dan mendapat pesangon aku sempat menganggur
selama setahun. Tapi selama menganggur tersebut diriku merasa sangat tidak
nyaman. Dan di pikiranku terlintas kalau aku berdiam diri saja uang pesangon
bisa habis dan aku bersama istriku bisa merepotkan semua anaku,” ujar Supar.
Pria yang mengaku sudah memiliki enam cucu tersebut
mengatakan, karena pemikiran tersebut, dia lalu memutuskan untuk berjualan leker keliling dengan modal awal sekitar Rp 1 juta. Uang tersebut untuk membeli
gerobak serta perlengkapanya. Untuk membuat leker hanya
membutuhkan modal sekitar Rp 100 ribu.
Dia mengaku berangkat berjualan keliling setiap hari mulai
pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Dia berjualan di depan beberapa sekolah di Kudus, karena menurutnya berjualan di depan sekolah lebih laku dari pada
keliling. Namun banyak pembeli di sekolah hanya saat jam istirahat atau pulang
sekolah.
Supar mengatakan, leker yang dia jual tidak selalu habis
terjual. Jika habis terjual dia mengaku mendapatkan uang sekitar Rp 150 ribu. Tapi
terkadang juga tidak habis, bahkan rugi karena sehari berjualan mendapatkan uang
kurang dari modal yakni Rp 100 ribu.
“Namanya juga berdagang, kadang untung kadang juga rugi itu
sudah biasa. Yang penting ruginya jangan keseringan biar aku tetap bisa
menghidupi diriku dan istriku. Dan jika masih ada lebihnya bisa
memberikan uang saku pada cucu-cucuku,” ujarnya.