Onang membungkus tahu sumedang saat berteduh di emperan toko tak jauh dari Menara Kudus. Foto: Ahmad Rosyidi |
Sambil membungkusi tahu Sumedang yang dia jual, Onang sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Dia meceritakan, demi menafkahi keluarganya di Sumedang, Jawa Barat, dirinya rela jauh dari keluarga untuk mencari penghidupan. Dia ikut saudaranya yang memiliki usaha tahu Sumedang di Jepara. Hampir setiap hari dirinya berjualan tahu di Kudus.
"Saya berangkat dari Jepara pukul 5.00 WIB dan kembali ke Jepara setelah daganganku habis terjual. Terkadang saya kembali hingga malam hari, karena tahu yang saya jual harus habis hari itu juga," tutur Onang.
Dia mangaku pulang ke Sumedang sekitar sebulan hingga dua bulan sekali. Selain untuk mengirim uang yang didapat hasil menjual tahu, Onang juga ingin melepas rindu dengan anak istrinya di rumah. “Saya ikut saudara yang punya usaha tahu Sumedang di Jepara. Mungkin sudah takdir saya mencari nafkah jauh dari keluarga,” ungkap pria satu anak itu.
Onang mengungkapkan, dirinya jarang berjualan di wilayah sekitar Menara Kudus. Biasanya dia berjualan di sekitar Perumahan Yakis, Desa Gribig, Desa Prambatan, Pasar Jember, dan kemudian berjalan arah Jepara.
Setiap hari, katanya, Onang membawa tahu sekitar 70 hingga 80 bungkus, atau sekitar 700 hingga 800 biji. Kemudian dia bungkus dengan plastik yang isi perbungkusnya 10 biji, dan per bungkusnya dia jual dengan harga Rp 5 ribu.
Dari hasil berjualan tahu Sumedang, Onang mengaku bisa mendapat keuntungan sekitar kurang lebih Rp 75 ribu per hari. Meski harus dia gunakan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, dia harus menyisihkan uang untuk keluarganya di Sumedang.
“Hari ini baru laku setengah dagangan saya, jadi ini harus jalan lagi. Soalnya kalau tidak habis besok sudah tidak bisa saya jual lagi. Jadi setiap hari saya jual sampai habis dulu baru kembali ke Jepara,” jelas Onang sambil merapikan dagangannya.
Melihat hujan yang tak kunjung reda, Onang kembali melangkahkan kaki untuk berkeliling menjual tahu. Dia berjalan dari emperan toko satu ke emperan toko lainnya untuk menghindari hujan.