SEPUTARKUDUS.COM, NGANGUK - Di tepi Jalan Cempaka nomor 9 sebelah barat Pasar Kliwon, tepatnya di Desa Nganguk, Kecamatan, Kota, tampak sebuah kios yang terhubung langsung dengan rumah. Di dalam kios tersebut terlihat beberapa tumpukan ban bekas. Di sudut lain tampak ratusan sandal dan ember tempat air yang juga terbuat dari ban bekas.
Tampak pula di dalam kios, dua orang pria sedang memasang roda pada besi as. Satu di antara pria tersebut yakni bernama Mugiono Kusnan (44), yang tak lain pemilik usaha yang membuat aneka kerajinan dari ban bekas.
Mugi menunjukkan produk sandal di tempat kerjanya. Foto: Rabu Sipan |
Tampak pula di dalam kios, dua orang pria sedang memasang roda pada besi as. Satu di antara pria tersebut yakni bernama Mugiono Kusnan (44), yang tak lain pemilik usaha yang membuat aneka kerajinan dari ban bekas.
Di sela kegiatanya, pria yang akrab disapa Mugi itu sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia tekuni itu. Sebenarnya dia hanya meneruskan usaha yang telah lama dirintis oleh ayahnya. Namun sejak ayahnya meninggal pada tahun 1987 dan kebetulan di tahun tersebut dia juga baru lulus SMA jadi dia yang diminta untuk melanjutkan usaha tersebut.
“Saat ayahku meninggal aku diminta ibuku untuk melanjutkan usaha yang sudah lama dirintis ayahku. Padahal saat itu aku baru lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berniat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,” kata Mugi kepada seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Pria yang mengaku belum dikaruniai anak tersebut mengatakan sejak mengurusi usaha itu dia mengaku mulai mengubur dalam – dalam cita – citanya. Dan sejak itu pula dia harus berfikir agar usaha yang dirintis ayahnya tersebut semakin berkembang dan mempunyai banyak kreasi kerajinan dari ban bekas.
“Dulu sewaktu masih dikelola almarhum ayahku produk kerajinan dari ban bekas hanya berupa, sandal karet, ember karet, bak air, tali timba, tempat sampah dan lainya. Sedangkan saat aku kelola produk usaha itu aku perbanyak dengan membuat aneka kalep, ban yang masih bagus aku belikan ban dalam lalu aku jadikan berbagai macam roda, diantaranya gerobak, lori dan lainya,” urai Mugi
Lalu Mugi pun merinci beberapa harga kerajinanya diantaranya, sandal karet dijual dengan harg Rp 200 ribu perkodi, ember karet dia hargai Rp 450 ribu sekodi, untuk lori dia jual satunya Rp 350 ribu sampai Rp 850 ribu, sedangkan untuk rodanya saja dia jual Rp 300 ribu satunya.
Dia pun mengatakan selain menjual secara kodi atau dalam jumlah banyak dia juga melayani pembeli secara ecer. Bila lagi ramai, sebulan kata Mugi, mampu menjual sandal dan ember karet masing – masing 50 kodi sebulan. “Hampir semua hasil kerajinan dari ban bekas bisa terjual 50 kodi sebulan tapi bila sepi paling 10 kodi,” ujarnya
Mugi mengatakan, selain dari Kudus dia juga sudah memiliki beberapa pelanggan pedagang dari daerah tetangga diantaranya, Pati, jepara, Lasem, dan Demak. Dia pun mengaku mendapatkan puluhan bahkan ratusan ban tersebut dari beberapa perusahaan ekspedisi dan otobus di Kudus.
Pria yang selalu mengenakan kaca mata tersebut menuturkan, tempat usahanya tersebut buka setiap hari dan empat pekerja yang siap mengerjakan pesanan maupun membuat setok kerajinan.
“Aku bersukur setelah aku kelola, usaha warisan itu semakin berkembang, namun aku berharap hasil produk kerajinan ku yang terbuat dari ban bekas ini semakin diminati masyarakat Kudus dan sekitarnya. Dan bagi siapa saja yang mencari aneka kerajinan dari ban bekas bisa menghubungiku di nomer 0822 4355 6948,” ungkapnya