Mira (berkebaya) mengajari sejumlah peserta Membatik Bersama Beswan Djarum di GOR Jati Djarum Kudus, Senin (14/11/2015). Foto-foto: Ahmad Rosyidi |
Satu di antara ratusan beswan yang ikut membatuk, yakni Yotin Pahabol (20). Mahasiswa asal Universitas Papua tersebut terlihat antusias saat acara batik dimulai. Kepada Seputarkudus.com, Yotin, begitu pria asal Manokwari, mengaku sangat senang bisa belajar membatik di acara itu.
"Ini pertama kali saya membatik. Ini sangat menarik. Saya merasa beruntung bisa belajar membatik di acara ini," ujar Yotin sambil menggoreskan canting berisi lilin cair ke atas kain putih.
Dalam acara tersebut, penyelenggara memilih Batik Majapahit untuk dipraktikkan beswan. Ada dua bentuk pola batik yang di sajikan pada selembar kain putih yang diterima semua peserta. Dua bentuk pola tersebut yakni gambar Gapura Bajang Ratu dan Surya Majapahit. Setelah mencoba membatik dua pola tersebut, Yotin mengaku ingin belajar lagi suatu hari nanti.
"Ini gambar dari Majapahit ya? Suatu saat saya ingin membatik gambar khas daerah saya di Papua. Saya ingin mengembangkan batik di tanah kelahiran saya," ujarnya.
Di tengah ratusan peserta Membatik Bersama Beswan Djarum, ada seorang perempuan berkebaya memegang mikrofon di tangannya. Dia tak lain pembimbing di acara tersebut. Namanya Miranti Serad, Pembina Batik Kudus, yang akrab disapa Mira.
Sesekali perempuan tersebut menghampiri peserta yang sedang belajar membatik. Tak hanya mengarahkan peserta, dirinya juga dengan sabar mengajari peserta yang kebanyakan asing dengan seni menggambar di atas kain itu.
Usai acara digelar, Mira sudi berbagi informasi kepada Seputarkudus.com tentang kegiatan yang diselenggarakan tersebut. Menurutnya, dipilihnya Batik Majapahit untuk memberikan makna dan hakikat kebangsaan dan kebhinekaan, agar Beswan Djarum memetik nilai positif dari Kerajaan Majapahit, bangga atas budaya bangsanya serta aktif menjadi pelaku budaya.
"Motif yang dibuat Gapura Bajang Ratu dan Surya Majapahit. Kami berharap mahasiswa bisa mewarisi nilai-nilai kebudayaan dan bangga terhadap warisan leluhur. Kami juga berharap mereka mau menjadi pelaku budaya dengan semangat personal social responsibility, di manapun mereka berkarya segala kearifan lokalnya," kata Mira.
Menurut Mira, kegiatan yang mengangkat kebudayaan Indonesia ini setiap tahun berganti tema dengan mengambil corak ragam budaya di tanah air. Kegiatan ini sudah menginjak tahun ke-5. Sebelumnya, membatik Papua, Kalimantan, Bali, pesona Ambon Manise, dan sekarang Majapahit.
Mira menuturkan acara Membatik Bersama Beswan Djarum itu dibuka dengan tarian prajurit Majapahit dan tarian sumpah palapa. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda mewarisi jiwa pemberani dan tidak mudah dipecah belah, tidak mudah menyerah guna membangun Indonesia yang digdaya yang dibutuhkan dalam kondisi bangsa saat ini.
Dalam acara membatik, beswan disediakan canting, gawangan, wajan, kompor dan sejumlah peralatan lainnya. Selain didampingi siswa siswi SMK Raden Umar Said, mereka juga mendapat bimbingan dari Mira.
Mira menjelaskan, jumlah beswan yang mengikuti acara membatik sebanyak 525 mahasiswa. Mereka merupakan mahasiswa terpilih dari setiap kampus yang ada di 88 Universitas seluruh Indonesia. Acara ini merupakan agenda tahunan yang selalu digelar. Setiap tahun pihaknya memilih tema dan batik yang berbeda, namun tetap dalam semangat kebudayaan, kebangsaan dan kebhinekaan.
Acara membatik ini, merupakan bagian dari culture visit yang dilakukan beswan Djarum ke Kudus. Sebelum membatik, mereka telah berkunjung ke sejumlah tempat di Kudus. Di antaranya ke Menara Kudus dan Djarum Oasis Kudus. Acara culture visit merupakan rangkaian acara Nation Building yang diselenggarakan pada 14-15 November.
Setelah acara tersebut, beswan Djarum akan mengikuti sejumlah kegiatan di Semarang. Pada puncak acara Nation Building, para penerima beasiswa akan mengikuti Malam Dharma Puruhita di Pusat Rekreasi Promosi dan Pembangunan (PRPP) Semarang.