Yusuf membuat peralatan rumah tangga berbahan limbah peti kemas. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari mengerjakan sejumlah pesanan dari pelanggan, Yusuf sudi berbagi cerita tentang usahanya. Dia menjelaskan, kerajinan yang dia buat tidaklah begitu mudah. Untuk bisa terampil seperti sekarang, dia membutuhkan waktu selama satu bulan. Menurutnya, waktu pertama kali membuat, dia hanya mencoba-coba membeli kerajinan dari bahan tali peti kemas berupa tempat sampah dan tas.
"Niatnya dulu saya hanya iseng-iseng membantu teman. Saya mempunyai teman yang setiap hari bekerja sebagai sales kerajinan tali peti kemas. Karena saya ingin membantu, saya membeli satu kerajinan tempat sampah dan satu tas. Kemudian saya membongkarnya lalu saya coba benahi lagi. Tidak disangka ternyata saya juga bisa membuat,” ungkap Arif.
Produk hasil kerajinannya saat ini, antara lain berupa tempat sampah, tas, pengki, dan ada pula kerajinan tombong (keranjang kendaraan roda dua). untuk harga yang ditawarkan tergantung ukuran. Dia merinci, harga tempat sampah antara Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu, tombong Rp 100 ribu hingga Rp 140 ribu, pengki Rp 15 ribu. Sedangkan tas seharga Rp 11 ribu hingga Rp 16 ribu. Dalam satu bulan, dia mampu menjual 200 tempat sampah dan 60 kerajinan tas.
“Kebanyakan pelanggan memesan berupa kerajinan tempat sampah. Modal awal saya membuka usaha sebanyak Rp 1 juta dengan omzet rata-rata Rp 2 juta per bulan,” tambahnya.
Kepada Seputarkudus.com, dia menceritakan, setiap hari hanya dibantu neneknya membuat kerajinan peralatan rumah tangga. Dia sempat memiliki satu orang karyawan, namun dia berhentikan karena hasil yang didapatkan tidak begitu maksimal. “Kualitas bagi saya nomor satu. Saya sering kewalahan saat mendapat banyak pesanan,” ungkapnya.
Peralatan rumah tangga berbahan limbah tali peti kemas. |
Menurut pria lulusan sekolah menengah pertama (SMP) 2 Undaan, Kudus ini, sekarang temannya dari Desa Kaliwungu yang bekerja menjadi sales sudah mengikuti jejaknya, menjadi seorang pengusaha. Dia mengaku, temannya itu belajar membuat kerajinan dari dirinya. Untuk pemasaran, dia hanya menunggu pembeli datang. Selebihnya dia storkan kepada pelanggan tetap yang berasal dari Kudus.
Yusuf menjelaskan, usaha yang dia tekuni baru berjalan tujuh bulan. Dia membeli sejumlah bahan pembuatan kerajinan dari seorang pengepul di Desa Bacin, Kudus.