Penggalangan |
Saat ditemui seputarkudus.com, Sri mengaku tidak merasa terganggu. Dirinya justru senang ada pemuda yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Meski dia harus "menepi" dan penghasilannya hari itu berkurang, dirinya tak masalah. Dia ingin ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan sebagian uang hasil dari mengemis.
“Saya malah senang ada yang menggalang dana untuk diberikan korban bencana seperti ini,” jelas perempuan asal Klaten itu.
Sri mengaku mengemis bersama anak-anak panti asuhan di Kudus. Dia mengatakan mulai mengemis mulai pukul 9.00 WIB hingga pukul 16.00. Sudah sekitar tiga tahun ini dia mengemis di Kudus. Karena sulit mencari pekerjaan, dia memilih untuk mengemis.
Mahasiswa yang melakukan penggalangan dana tersebut tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kudus. Mereka datang dari berbagai kampus di Kudus, di antaranya mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Cendekia Utama, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.
Satu di antara mahasiswa yang melakukan penggalangan dana untuk korban banjir bandang tersebut, M Silfatul Listiyan (21). Dia mengungkapkan, kegiatan penggalang dana ini dilakukan karena rasa peduli terhadap korban bencana di Garut Jawa Barat. Dalam pelaksanaan ini melibatkan sekitar 76 mahasiswa.
Tolopok, sapaan akrab M Silfatul Listiyan, merinci enam titik lokasi penggalangan dana. Enam lokasi itu di antaranya di Perempatan Jember, lampu merah Barongan, lampu merah Melati Lor, lampu merah Ploso, lampu merah Ngembalrejo, dan lampu merah Jepang.
Hasil dari penggalang dana yang dilakukan mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB itu terkumpul dana Rp 6.603.500. Dana tersebut akan disalurkan melalui rekening PMII Garut, Jawa Barat.
“Karena PMII ada di seluruh kampus di Indonesia, jadi untuk penyaluran kita lewat sahabat PMII yang ada di Garut. Harapan kami dana ini bisa bermanfaat untuk warga yang terkena bencana,” katanya.