SEPUTARKUDUS.COM, MENARA - Sejumlah laki-laki terlihat sibuk
di depan tungku di ruang memasak milik Yayasan Masjid Menara Makam Sunan
Kudus (YM3SK). Selain panas, ruangan tersebut juga berasap, karena mereka memasak menggunakan kayu bakar. Saking banyaknya asap, para pemasak nasi jangkrik dalam tradisi Buka Luwur Sunan Kudus itu harus mengenakan kacamata renang.
.
Sejumlah perewang memasak nasi jangkrik dalam Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus. Foto-foto: Imam Arwindra |
.
Dengan mengenakan kacamata renang dan masker, mereka
bergantian memasukkan kayu kedalam tungku. Ada pula yang mengolak-alik nasi di
dalam dandang berkapasitas 84,5 kilogram tersebut. Sutris, perewang yang
bertugas menanak nasi menuturkan, dirinya memakai kacamata renang untuk
melindungi mata dari asap dan panas api.
Menurutnya, kacamata renang mampu menutupi seluruh permukaan mata, asap dan hawa panas api tidak akan langsung mengenakan mata. “Kalau perih masih, tapi lebih aman ketimbang menggunakan kacamata biasa,” ungkapnya saat ditemui
disela aktivitasnya memasak, Senin (10/10/2016).
Perewang menanak nasi jangkrik. |
Sutris membandingkan, jika menggunakan kacamata biasa masih
ada rongga-rongga di sekitar mata yang dapat membuat asap dan hawa panas api langsung mengenai mata. Saat menggunakan kacamata renang, rongga-rongga di sekitar
mata akan tertutup rapat.
Selain menggunakan kacamata renang, dia mengaku juga
menggunakan masker untuk melindungi pernafasan. Menurutnya, hasil pembakaran
kayu dapat menghasilkan asap yang berbahaya untuk pernafasan. “Setiap
tahunnya kami memang menggunakan kacamata renang dan masker,” ungkap Sutris yang
sudah sepuluh kali menjadi perewang dalam kegiatan Buka Luwur Kanjeng Sunan
Kudus.
Deni Nur Hakim Humas YM3SK mengungkapkan, jumlah nasi yang
dimasak yakni 6.760 kilogram beras. Beras tersebut akan dimasak lima angkatan,setiap
angkatannya berjumlah 1.352 kilogram beras. Menurutnya, nasi tersebut diberi daging kambing dan kerbau setelah itu dibungkus daun jati. “Untuk
masak nasi semua dikerjakan oleh perewang laki-laki,” ungkapnya.
Dia menuturkan, nasi yang dimasak menggunakan kayu bakar. Menurutnya,
untuk perewang yang bertugas menanak nasi semua difasilitasi dengan kacamata
renang dan masker. Fasilitas tersebut untuk menjaga dari hawa panas dan asap. “Keseluruhan
perewang ada 1.061 orang, untuk panitia sendiri ada 100 panitia lebih,”
terangnya.